SILSILAH TANYA JAWAB BERSAMA SYAIKH HANI BIN BURAIK TERKAIT FITNAH DZULQORNAIN
(judul dari kami)
Malam rabu,tanggal 5 muharam 1436 H/29 Oktober 2014 M Di kota Aden,Yaman.
Segala puji hanya milik Allah -‘azza wa jalla- shalawat dan salam semoga terus dilimpahkan ke pada Rasulullah,keluarga, para sahabat beliau serta para penolongnya.
Wahai Syaikh, kami memiliki beberapa pertanyaan yang diajukan oleh saudara-saudara kami yang berasal dari Indonesia baikah yang sedang menuntut ilmu di Darul Hadist Al-Fuyus maupun yang sekarang sedang di Negeri Indonesia.
Soal pertama: Jarah ataupun tahdzir haruslah mu’tabar (yakni,dianggap/sah sebagai jarah -pen) baik secara lisan maupun tulisan, sementara kami belum mendengar sampai sekarang tahdzir dari Syaikh Rabi’ atas Dzulqarnain, baik secara lisan maupun tulisan. Baarakallahu fiikum
Jawab:
(kaidah) ini berjalan di atas kaidah Abul Hasan(sesat-red) yaitu kaidah TATSABBUT, ini adalah kaidah Abul Hasan, menggugurkan penukilan orang-orang terpercaya (yang didengar) dari para Ulama dan penuntut ilmu.
Agama yang sekarang sampai ke pada kalian,semuanya dalam bentuk apa ? Apakah kalian mendengar (secara langsung) dari Imam Bukhari ? Kalian pasti tidak mendengar darinya.
Shahih Bukhari telah sampai kepada kalian, siapa yang menukilnya ? Apakah kalian melihat tulisan tangan milik Imam Bukhari ? Kalian pasti tidak melihat tulisannya dan tidak pula mendengar darinya, tidak secara lisan maupun tulisan.
Hadits Bukhari telah sampai kepada kalian semua itu dinukil oleh Ulama terpercaya, bukankah demikian ?
Kalau kita perhatikan dengan seksama ,kaidah ini (yaitu kaidah TATSABBUT -pen) adalah kaidah yang bertujuan untuk menggugurkan (syari’at) agama islam secara keseluruhan, karena makna dari kaidah ini ialah bahwa kita tidak mengambil (berita) kecuali jika disampaikan secara lisan maupun tulisan. Maka apabila datang ke pada kita seorang yang terpercaya menyampaikan (suatu ucapan) dari seorang Ulama, maka kita tidak menerimanya sampai kita mendengar dan menta’kidnya (yakni,memastikan dengan bukti-bukti -pen). Ini adalah kaidah Abul Hasan yaitu kaidah TATSABBUT, dan as-Syaikh Rabi’ telah membantah kaidah tersebut. Ini adalah perkataan yang batil, tidak benar !! .
Maka apabila seorang penuntut ilmu atau seorang yang dipercaya dari sisi agama dan tidak pula dituduh menukil (suatu perkataan), demikian juga seorang yang menjaga kehormatan dan agamanya, maka wajib bagi kita untuk menerima berita tersebut. Baarakallahu fiik
Sumber: WA Thullab Fyusy & SLN
Download Audio Di Sini
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه و من والاه.
أما بعد
فهذه مجموعة أسئلة من إخواننا الإندونيسيين في دار الحديث بالفيوش و في إندونيسيا.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
١). س :
أن التحذير و الجرح لا بد أن يكون معتبرا إما شفويا أو كتابة و لم نسمع إلى الآن تحذير الشيخ ربيع لذي القرنين لا شفويا و لا كتابة . فكيف التوجيه ؟ بارك الله فيكم
ج :
هذا يمشي على قاعدة أبي الحسن يعني قاعدة التثبت،الآن أن البعض ما هضم و لا استوعب، لماذا فاصل أهل السنة أبا الحسن ؟
هذه من قواعد أبي الحسن إسقاط نقل الثقات من العلماء و طلاب العلم. الدين الآن الذي وصل إليك، كله بأيش ؟ أنت سمعت البخاري ؟ ما سمعته. وصلك الخبر صحيح البخاري بنقل من ؟ رأيت خط البخاري ؟ ما ترى خط البخاري و لم تسمع لا خطا و لا مشافهة، إنما وصل لك حديث صحيح البخاري بنقل الثقات صح ؟
أصلا هذه القاعدة لو تأملنا هي إسقاط الدين كاملا ، لأن معناه أنا لا نأخذ إلا مكتوبا أو مشافهة، فإذا جاءنا ثقة ينقل عن عالم ما نقبل خبره حتى أسمعه حتى أتأكد. هذه قاعدة أبي حسن التثبت. و قد رد عليه الشيخ ربيع، و هذا كلام باطل غير صحيح.
إذا نقل طالب علم أو حتى شخص مأمون في دينه غير متهم و رجل صين دين، فوجب علينا أن نأخذ خبره. بارك الله فيك