PERINGATAN BAGI PARA PEMILIK AKAL YANG BERSIH DARI APA YANG ADA DALAM WATSIQAH MUHAMMAD AL-IMAM BERUPA PENYIMPANGAN DAN SERAMPANGAN (Bagian 6)
Ditulis oleh: Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiry hafizhahullah
***
2. Ucapan mereka : [”Dan kebebasan berfikir dan berwawasan itu dijamin bagi semuanya.”]
Sangat aneh! Apakah Islam menyetujui kebatilan, menyetujui kesyirikan, menyetujui cacimakian terhadap sahabat Rasul, jika melihat orang menyimpang (dibiarkan saja), karena ini adalah pikiran dan pendapatnya? Apakah Islam menjamin kelangsungan seorang insan dalam kebidahan dan akidah sesatnya. Tidak boleh seorangpun untuk mengingkarinya atau menyesatkannya dan mentahdzirnya?
Dimana syi’ar Amar makruf nahi mungkar yang sebagian ulama menjadikannya sebagai bagian rukun Islam, yang Allah berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali-Imran 104)
Dan firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya : ”Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran 110
Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Dan sabda beliau:
”Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan itu bidah, dan setiap bidah itu di neraka.” (HR. Abu Dawud dalam sunannya dan At-Tirmidzi dalam Jaami’ nya.)
Bagaimana bisa Muhammad Al-Imam membatalkan semua dalil-dalil diatas, dan menerima apa yang didiktekan rafidhah hutsiyun kepadanya, yang isinya adalah memuluskan dan menyebarkan akidah mereka yang rusak?
Padahal disana tidak ada alasan pembenaran baik berupa rasa takut atau paksaan yang membolehkan penulisan perjanjian ini. Kalau kita katakan-dengan mengalah- sesungguhnya di sana unsur keterpaksaan atas Al-Imam. Maka mengapa dia terus menerus menyetujuinya dan tidak pernah berlepas diri dari perjanjian itu? Bahkan dia melaksanakan isi perjanjian-perjanjiannya hingga sekarang?
Dan anehnya, dia pernah menyuruh raja Abdullah untuk bertaubat ketika beliau pernah menyeru kepada dialog lintas agama, ketika ia berkata dalam kitabnya : Ghawaail da’wah hiwar al-adyaan h76:
”Sungguh telah kami jelaskan dalam risalah kami ini, bahwasanya seruan raja Abdullah dan yang bersamanya kepada dialog lintas agama itu mengandung bencana dan kengerian yang menuntut mereka untuk bertaubat kepada Allah dalam seruan ini.”
Dalam keadaan Raja Abdullah tidak mengajak kepada kebebasan beragama, dan dalam Metode Pendidikan negara Saudi tidak ditetapkan materi kurikulum Kebebasan berfikir, akidah yang rusak dan agama-agama yang menyimpang. Bahkan yang dipelajari di seluruh jenjang pendidikan adalah akidah Ahlussunnah waljamaah akidah salaf. Pelajaran tauhid diajarkan di seluruh daerah kerajaan saudi, sampai di beberapa propinsi yang disana ada rafidhah dan sekte isma’iliyah dan selainnya, beliau mentahdzir metode mereka, termasuk dari kelompok-kelompok sesat dan agama yang menyimpang. Maka sungguh aneh orang ini (al-Imam)!
~
Sumber: https://app.box.com/s/sdt0df4l4laj7073c7rpkfjt3a1ed2sf
* Alih bahasa : Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary
Bersambung In Sya Allah