NILAI SHALAT DALAM ISLAM
Allah ta’ala berfirman,
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ ٤٥ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ٤٦
“Dan memohonlah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, shalat itu terasa berat kecuali untuk orang yang khusyuk. Yakni mereka yang meyakini bahwa mereka akan menghadap Allah dan akan dikembalikan kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 45—46)
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
فإنما كبرت على غير هؤلاء لخُلوِّ قلوبهم من محبة الله تعالى وتكبيره وتعظيمه والخشوع له، وقلّة رغبتهم فيه، فإن حضور العبد في الصلاة وخشوعه فيها وتكميله لها واستفراغه وسعة في إقامتها وإتمامها على قدر رغبته في الله تعالى
“Sungguh, shalat terasa berat bagi selain orang yang khusyuk, karena kosongnya kalbu mereka dari mahabbah (rasa cinta) kepada Allah, tidak merasakan kebesaran dan keagungan-Nya, tidak khusyuk kepada-Nya, dan rendah kecintaan kepada-Nya. Oleh karena itu, seorang hamba bisa menghadirkan hatinya ketika shalat, bisa khusyuk dan memperbagusnya, dan berusaha dengan serius untuk menegakkan dan meraih kesempurnaan shalat; sesuai dengan kadar cintanya kepada Allah.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata,
إنما حظهم من الإسلام على قدر حظهم من الصلاة ورغبتهم في الإسلام على قدر رغبتهم في الصلاة فاعرف نفسك يا عبد الله واحذر أن تلقى الله عز وجل ولا قدر للإسلام عندك، فإن قدر الإسلام في قلبك كقدر الصلاة في قلبك
“Bagian mereka dalam Islam sesuai dengan kadar bagian mereka dalam shalat. Kecintaan mereka terhadap Islam sesuai dengan kadar cinta mereka terhadap shalat.
Koreksi dirimu, wahai hamba Allah! Takutlah engkau jika saat menghadap Allah, ternyata tidak ada nilai Islam pada dirimu. Sebab, nilai Islam pada hatimu sesuai dengan nilai shalat pada hatimu juga.”
Ash-Shalatu wa Ahkamu Tarikiha hlm. 140