PENTINGNYA MENUMPAS PENGGEMBOS DARI DALAM

MUKHADZDZIL (PARA PENGGEMBOS AGAMA) PETAKA DI TENGAH UMAT

Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah

Para penggembos adalah orang-orang yang jika mereka melihat sebuah barisan pasukan telah berdiri di hadapan barisan musuh dan dua pasukan tersebut yaitu pasukan iman dan pasukan bid’ah yang dibantu syaithan telah saling berhadapan, mereka bangkit menakuti-nakuti dan justru menelantarkan tanpa memberi pertolongan kepada wali-wali Ar-Rahman.

Penggembos semacam ini bahayanya besar, namun:

لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ.

“Tidak akan merugikan mereka siapa saja yang menelantarkan mereka.”

(Lihat: Shahih Al-Bukhary no. 3641 dan Muslim no. 1037 –pent)

Dia menelantarkan mereka di saat mereka membutuhkan pertolongan dan tidak mau menolong mereka. Penggembos semacam ini hakekatnya dia tidak akan merugikan kecuali dirinya sendiri. Engkau akan menjumpai berbagai model dan berbagi macam dari para penggembos itu. Terkadang dia mencela Ahlus Sunnah dengan menuduh mereka memerangi Islam, terkadang mencela mereka –sebagaimana yang kalian dengar dan telah kami dengar juga dan kami pernah membacanya– bahwa mereka menentang persatuan umat Islam dan berdiri menghadang persatuan kaum Muslimin. Tuduhan semacam ini baru saja kami baca beberapa hari yang lalu, bukankah demikian?! Ahlus Sunnah dituduh menghalangi persatuan kaum Muslimin.

Terkadang dia mengatakan bahwa manusia sekarang banyak yang disembelih, sementara tidak ada yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah selain membantah si A, membantah si B, dan membantah si C. Terkadang dia mengatakan bahwa manusia sedang ditimpa musibah besar, tetapi Ahlus Sunnah malah sibuk membagi-bagikan atau menyebarkan kitab-kitab bantahan, tidak ada yang dia lakukan selain membahas masalah A dan masalah B dan mencela manusia.

Demikianlah ucapan yang dikatakan oleh mereka secara ngawur dalam keadaan mereka mengetahui, tetapi mereka memang menginginkan orang yang mendengar yang tidak mengetahui duduk perkaranya agar ikut bicara ngawur.

Karena sebagaimana dikatakan dalam pepatah:

إِذَا كَثُرَ الطَّرْقُ لَانَ الْمَطْرُوْقُ.

“Semakin banyak pukulan maka akan semakin lembek benda yang dipukul tersebut.”

Maksudnya semakin banyak membicarakan seperti ini dengan nada semacam ini dan dengan petikan seperti ini, maka banyak kaum Muslimin yang awam akan terpengaruh sehingga dari mereka bisa dicuri al-wala’ wal bara’ (loyalitas dan permusuhan) untuk As-Sunnah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya dan yang muncul sebagai gantinya adalah marah karena membela bid’ah dan para pengusungnya.

Ada orang yang datang kepada kita dengan mengatakan: “Cukuplah kita bersatu pada 10 % dari Islam.” Masya Allah, apakah yang dimaksud dengan 10 % tersebut?! Sebelum kami dan engkau masuk dalam persatuan, jelaskanlah terlebih dahulu perkara apakah 10 % tersebut?! Ketika dia menjelaskan kepadamu, ternyata semua perkara kecuali masalah tauhid! Syirik tetap ada dan bid’ah tetap eksis. Jadi tidak ada keikhlasan dan tidak ada pula sikap mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam!

Jika demikian atas dasar apa kita akan bersatu?! Tidak ada, ketika itu yang ada hanya persatuan suku. Jadi slogannya:

سَلَامٌ عَلَى كُفْرٍ يُوَحِّدُ بَيْنَهُمْ وَأَهْلًا وَسَهْلًا بَعْدهُ بِجَهَنَّمِ

Keselamatan bagi kekafiran yang menyatukan mereka

Dan selamat datang Jahannam setelahnya

Ini merupakan musibah besar yang mana seorang muslim selama-lamanya tidak akan pernah bertolak darinya.

OLEH KARENA INILAH MAKA MEMULAI DARI MEREKA DAN MEMBANTAH MEREKA DI WAKTU-WAKTU YANG SULIT LEBIH PENTING DIBANDINGKAN MEMBANTAH SELAIN MEREKA. KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA HAKEKATNYA MENGGEROGOTI AGAMA DARI DALAM, MELUBANGI AGAMA DARI DALAM.

Jadi orang suka menggembosi dengan cara semacam ini walaupun dia mengaku termasuk Ahlus Sunnah, namun engkau melihat kelakuan-kelakuan semacam ini, maka kita katakan:

الوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الحَجَرُ.

“Anak disandarkan kepada pemilik tempat tidur, sementara jika ternyata ada yang berzina maka dia mendapatkan batu (dirajam).”

(HR. Al-Bukhary no. 2053 dan Muslim no. 1457 –pent)

Maksudnya di sini adalah bahwa penyandaran itu hanya kepada perbuatan, bukan kepada ucapan atau klaim!! Benar ataukah tidak?! Penyandaran itu kepada ucapan atau kepada perbuatan?! Kepada perbuatan.

Jadi mereka ini ucapannya beda dan perbuatannya beda jauh, bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Jadi yang wajib jika ahlussunnah ingin kuat dan mendapatkan pertolongan dalam menghadapi musuh, maka pertama kali hendaknya mereka membentengi atau Menguatkan pertahanan rumah terlebih dahulu, baru setelah itu mereka bertolak dari rumah yang kokoh tersebut.

Adapun jika rumah yang mereka jadikan sebagai perlindungan dan benteng dalam keadaan lemah, atau di dalamnya terdapat pihak-pihak yang dikhawatirkan akan membukakan pintu untuk masuknya musuh, maka bagaimana bisa orang yang berlindung di rumah atau di benteng tersebut akan bisa merasa tenang dan aman?!

Bagaimana mungkin dia bisa merasa tenang dan aman?! Tidak mungkin, karena setiap detik bisa saja dia memejamkan mata lalu tertidur yang ini merupakan bentuk kelalaian, lalu pintu gerbangnya dibuka lebar-lebar dan musuh pun bisa masuk dengan mudahnya. Maka serta merta serangan mematikan dan menyapu bersih menimpa umat Islam, sementara musuh sama sekali tidak terluka sedikit pun. Dan ini adalah apa yang kita lihat di waktu akhir-akhir ini.

Kelompok penggembos dari anak-anak Ahlus Sunnah ada dua jenis, jenis pertama adalah yang berbicara dengan hal-hal yang sebenarnya dia ketahui duduk perkaranya, tetapi dia ingin mencapai apa yang telah saya sebutkan kepada kalian. Yaitu bahwasanya semakin banyak pukulan maka akan melunakkan sesuatu yang dipukul tersebut.

Jadi dia bisa mengendalikan keumuman manusia atau seperti yang mereka katakan yaitu bagian besar dan jumhur, yaitu jumhur Ahlus Sunnah sehingga dia bisa menggiring mereka kepada apa yang dia inginkan.

Ketika itu jadilah dia membenturkan dirimu atau memukulmu –wahai da’i Ahlus Sunnah– dengan siapa?! Dengan orang-orang awam yang mereka itu adalah ayahmu, ayahku, saudaramu, saudaraku, pamanmu, pamanku, kakekmu, kakekku, anakmu, anakku, keponakanmu, keponakanku, dan seterusnya.

Mereka ini sebenarnya adalah orang-orang yang tidak mempedulikan ilmu, mereka tidak mengetahui. Hanya saja karena banyaknya memukul maka akan semakin lunak apa yang dia pukul itu.

Maka wahai segenap ikhwah, wahai segenap Ahlus Sunnah, dan wahai segenap da’i Ahlus Sunnah, waspadailah hal tersebut!

Sumber || http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=159339#entry732082

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.