MENTAHDZIR DENGAN MENYEBUT NAMA
Apabila mubtadi’ adalah seorang yang menyeru kepada bid’ahnya dalam keadaan orang-orang mengambil ilmu darinya dan ia menyeret para pemuda ke dalam kubang penyimpangan, maka yang wajib ialah memperingatkan (mentahdzir) umat darinya dengan menyebutkan namanya.
Asy-Syaikh Rabi’ حفظه الله ditanya di dalam Syarh Ushulus Sunnah:
Apakah boleh kami para penuntut ilmu diam dari mubtadi’ dan hanya mendidik para pelajar dan pemuda di atas manhaj salaf tanpa menyebutkan mubtadi’ dengan nama-nama mereka?
Jawaban: Demi Allah, sudah seharusnya mereka menyebutkan sifat-sifat dan nama-nama mereka bila memang dibutuhkan. Maka apabila fulan tampil untuk memimpin dan menggiring umat serta para pemuda dan menyeret mereka ke dalam jurang kebatilan, maka sebutkanlah namanya. Apabila kebutuhan mengharuskan penyebutan nama maka sebuah keharusan untuk menyebutkan namanya.
Dan sebuah hal yang pas untuk disebutkan di sini:
Ada seorang salafi di Mesir yang ia mengajar. Dulunya ia mengajar demikian, umum-umum saja (tanpa menyebutkan kelompok maupun individu tertentu) sehingga orang-orang tidak paham. Kemudian ia mulai terang-terangan dengan menyebutkan kelompok-kelompok menyimpang serta individu-individunya.
Maka mereka bertanya: Wahai Syaikh, mengapa engkau tidak dari awal mengajarkan kami tentang ini?
Ia menjawab: Dulu saya sudah banyak memberikan pelajaran-pelajaran tersebut kepada kalian. Saya katakan kepada kalian demikian, dan saya katakan kepada kalian begini.
Mereka berkata: (Demi Allah, kami tidak mengerti). Kami belajar kitab firqah dan madzhab-madzhab, namun kami hanya menghafalnya saja (tanpa mengerti hakekatnya). Sedang mereka tidak menyebutkan firqah-firqah yang ada pada zaman ini seperti jama’ah tabligh, ikhwanul muslimin, maupun selain mereka yang telah disebutkan oleh para ‘ulama.
Maka kami tidak melihat mereka sebagai mubtadi’ sampai kami mengetahui keadaannya dan mempelajari mereka. Sehingga kami melihat sebuah keharusan untuk menyebutkan nama-nama mereka (para mubtadi’).
Walhamdulillah, para syaikh yang dulunya menghindar untuk menyebutkan mereka, sekarang sudah menjelaskan secara gamblang dan jelas dengan menyebutkan nama-nama mereka (para mubtadl’) dan segala puji hanya bagi Allah. Dan ini wajib yakni apabila tidak ada bahaya maka tidak mengapa dan tidak ada alasan untuk menyebutkan nama mereka.
Apabila ada bahaya pada orang tersebut dan ia menarik pinggang-pinggang para pemuda, mengambil alih tali kekangnya, bahkan menjadikan mereka sebagai senjata untuk memerangi ahlus sunnah, maka wajib menyebutkan nama-nama mereka. Sebutkan nama-nama mereka dan tidak ada kemuliaan baginya.
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
********************************
[إذا كان المبتدع داعية ويأخذ الناس منه ويجر الشباب للإنحراف فالواجب التحذير منه باسمه]
سئل الشيخ ربيع حفظه الله في شرح أصول السنة:
هل يسعنا نحن طلاب العلم السكوت عن المبتدعة، ونربي الطلاب والشَّباب على منهج السلف دون ذكر المبتدعة بأسمائهم؟
الجواب:
والله يذكرون بأوصافهم ويذكرون بأسمائهم إذا دعت الحاجة، فإذا تصدى فلان للزعامة وقيادة الأمة والشَّباب ويجرّهم إلى الباطل يُذكر باسمه، إذا دعت الحاجة إلى ذكر اسمه فلا بد من ذكر اسمه .
وبالمناسبة: أحد السلفيين في مصر كان يدرس وهكذا عمومات وعمومات فما يفهمون، ثم بدأ يُصرّح بالجماعات وبالأشخاص
قالوا: ليش يا شيخ ما علمتنا من الأول؟
قال: أنا كنت أعطيكم كثيراً من الدروس وأقول لكم كذا، وأقول لكم كذا
قالوا: (والله ما فهمنا)
درسنا كتاب الفرق والمذاهب وحفظناه حفظا ,وما ذكروا الفرق المعاصرة التبليغ والإخوان وغيرهم ماذكروهم العلماء ,فما نراهم مبتدعة حتى اطلعنا على حالهم ودرسناهم فرأينا ضرورة ذكرهم .
فالحمد لله يعني المشائخ الذين كانوا يتحاشون ذكرهم صاروا يصرحون بأسمائهم ولله الحمد ,وهذا واجب ,يعني إذا كان مافيه خطر لا بأس ولا داعي لذكر الأسماء .
إذا كان فيه خطر وهم يجرون الشباب أوساطهم بل يأخذون بأزمتهم بل يحاربون بهم أهل السنة فيجب ذكر أسمائهم يذكر أسمائهم ولا كرامة لهم.