MENJAWAB AZAN ATAU MELANJUTKAN BACAAN AL-QURAN?
Asy-Asyaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
وكذلك عندما يؤذن المؤذن هل أستمر في قراءة القرآن أم أسكت وأردد ما يقوله المؤذن؟
Apabila muazin mengumandangkan azan, mana yang lebih afdal, aku melanjutkan membaca Al-Quran, atau diam dan menjawab azan?
Jawaban:
إذا أذن المؤذن؛ الأفضل أن تقطع القراءة وتجيب المؤذن؛ لأن هذا ذكر خاص في وقت خاص، وقراءة القرءان يمكن أن تقرأه في أي وقت
Yang afdal saat muazin mengumandangkan azan adalah engkau memutus bacaan Al-Quran dan hendaknya engkau menjawab azan. Sebab, menjawab azan adalah zikir khusus pada waktu yang khusus. Adapun membaca Al-Quran, engkau bisa membacanya kapan saja.
فالذكر الخاص في وقته عند وجود سببه أفضل من الذكر العام، وإن كان الذكر العام قد يكون أفضل في نفسه؛ لكن الذكر الخاص في وقته الخاص عند سببه يفوت إذا لم تفعله
Oleh karena itu, zikir yang khusus dibaca pada waktu tertentu, ketika datang waktunya, lebih utama daripada zikir yang sifatnya umum (yang bisa dibaca kapan saja); meskipun terkadang zikir yang umum tersebut pada asalnya lebih afdal. Sebab, zikir khusus yang memiliki waktu tertentu, akan terlewatkan jika tidak diamalkan pada waktunya.
وعلى هذا فإذا سمعت المؤذن وأنت تقرأ القرآن، فاقطع القرآن، وأجب المؤذن تقول مثلما يقول، إلا في حي على الصلاة حي على الفلاح، فتقول: لا حول ولا قوة إلا بالله، وفي آذان الفجر إذا قال: الصلاة خير من النوم. تقول مثلما يقول أيضاً على القول الراجح
Dengan demikian, kalau engkau mendengar azan ketika membaca Al-Quran, berhentilah. Jawablah azan. Ucapkan seperti yang diucapkan muazin, kecuali pada lafal _”hayya ‘alash shalaah hayya … hayya ‘alal falaah_” maka ucapkanlah, “laa haula walaa quwwata illaa billaah..”. Demikian pula saat azan subuh, ketika muadzin mengatakan “ashshalaatu khairumminannaum,” maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan (menurut pendapat yang kuat).
📚 (Potongan fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin pada Silsilah Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, kaset no. 257)