HUKUM MUSAFIR MENCAMPURI ISTRINYA DI SIANG HARI RAMADHAN
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz رحمه الله
Pertanyaan: Apa hukum seorang yang melakukan jima’ di siang hari Ramadhan dalam keadaan sedang berpuasa, dan apakah musafir itu boleh mencampuri istrinya bila ia sedang berbuka (tidak berpuasa)?
Jawaban:
Orang yang melakukan jima’ di siang hari Ramadhan ketika sedang berpuasa wajib, maka wajib baginya membayar kaffarah yaitu kaffarah zhihar beserta kewajiban mengqadha hari di mana ia melakukan perbuatan tersebut, diiringi dengan taubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas ketergelincirannya tersebut.
Adapun bila ia seorang musafir atau dalam keadaan sakit yang diperbolehkan untuk berbuka, maka tidak ada kaffarah dan tidak ada dosa baginya. Ia hanya wajib mengqadha hari di mana ia melakukan jima’ padanya. Karena seorang yang sakit dan musafir, boleh baginya berbuka baik dengan melakukan jima’ ataupun yang lainnya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
فمن كان منكم مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر
“Barang siapa di antara kalian sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka) maka ia menggantinya di hari-hari yang lain.” [1]
Dan dalam hukum ini, hukum wanita sama dengan hukum laki-laki. Apabila puasanya wajib, maka wajib membayar kaffarah disertai membayar qadha (hari itu). Namun bila ia seorang musafir atau dalam keadaan sakit yang puasa itu akan memberatkannya, maka tidak ada kaffarah baginya.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/node/540
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
********************************
Catatan Kaki:
- surat al-Baqarah: 184
حكم جماع المسافر زوجته في نهار رمضان
ما حكم من جامع في نهار رمضان وهو صائم، وهل يجوز للمسافر إذا أفطر أن يجامع أهله؟
على من جامع في نهار رمضان وهو صائم صوماً واجباً الكفارة، أعني كفارة الظهار مع وجوب قضاء اليوم، والتوبة إلى الله سبحانه مما وقع منه. أما إن كان مسافراً أو مريضاً مرضاً يبيح له الفطر فلا كفارة عليه ولا حرج عليه، وعليه قضاء اليوم الذي جامع فيه؛ لأن المريض والمسافر يباح لهما الفطر بالجماع وغيره، كما قال الله سبحانه: فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ[1]. وحكم المرأة في هذا الحكم حكم الرجل إن كان صومها واجباً وجبت عليها الكفارة مع القضاء، وإن كانت مسافرة أو مريضة مرضاً يشق معه الصوم فلا كفارة عليها.
[1] سورة البقرة، الآية 184.