HUKUM BERTAYAMUM PADA DINDING
Pertanyaan no.166:
Seseorang yang sakit dan tidak mendapati tanah/debu apakah dia bertayamum pada dinding, begitu juga pada karpet (alas)?
Jawab:
Dinding termasuk bagian dari debu yang baik. Jika dinding terbuat dari tanah (baik terbuat dari batu atau dari batu bata dan tanah liat), boleh bertayamum dengannya.
Adapun tembok yang dilapisi kayu atau (diwarnai dengan cat atau yang semisal), jika ada debunya, boleh bertayamum dengannya.
Keadaannya seperti orang yang bertayamum dengan tanah karena debu adalah bagian dari tanah.
Jika tidak terdapat tanah/debu padanya, berarti sama sekali tidak termasuk dalam makna _ash-sha’id_ (tanah yang digunakan bertayamum) sehingga tidak boleh bertayamum dengannya.
Adapun terkait dengan karpet (dan yang semisalnya) yang di atasnya terdapat tanah (debu), maka boleh untuk bertayamum dengannya.
Namun, jika tidak berdebu, berarti bukan termasuk ash-sha’id(tanah yang digunakan bertayamum)
sehingga tidak bisa bertayamum dengannya.
📚 Fatawa Arkanil Islam hal. 251, karya asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah.
س166: مريض لا يجد التراب فهل يتيمم على الجدار، وكذلك الفرش أم لا؟
الجواب: الجدار من الصعيد الطيب، فإذا كان الجدار مبنياً من الصعيد
سواء كان حجراً أو كان مدراً -لبناً من الطين- فإنه يجوز التيمم عليه،
أما إذا كان الجدار مكسواً بالأخشاب أو (بالبوية) فهذا إن كان عليه
تراب -غبار- فإنه يتيمم به ولا حرج، ويكون كالذي يتيمم على الأرض، لأن
التراب من مادة الأرض، أما إذا لم يكن عليه تراب، فإنه ليس من الصعيد
في شيء، فلا يتيمم عليه .
وبالنسبة للفرش نقول: إن كان فيها غبار فليتيمم عليها، وإلا فلا يتيمم
عليها لأنها ليست من الصعيد .