HARUSKAH MENASEHATI TERLEBIH DAHULU SEBELUM MENGGABUNGKAN ORANG YANG MENYIMPANG DENGAN KELOMPOK SEMPALAN
Asy Syaikh Muhammad bin Hadi حفظه الله
Syaikh membaca pertanyaan:
Ini pertanyaan yang aneh. Ini anakku yang bertanya tentang sifat Rafidhah, “Jika saya melihat (seseorang) pada shalat maghrib, atau setelahnya…” dia yang bertanya tentang orang Rafidhah, atau Jahmiyah, atau sekuler.
Aku telah menerangkan secara rinci tentang hal ini. Sekarang, aku heran terhadap pemahaman ini, yaitu saat (penanya) mengatakan, “Saya pahami dari jawaban Anda terhadap pertanyaan saya terkait dengan menyifati seseorang tertentu sebagai Rafidhah, Jahmiyah, atau sekuler; bahwa ucapan al-Imam Ahmad ketika mempersyaratkan (harus) menasihati dahulu sebelum menggabungkan seorang mukhalif (yang menyelisihi kebenaran) dengan kelompok (sempalan) yang menyatakan pendapat yang serupa; bahwa hal ini diterapkan dalam masalah-masalah yang samar.”
Jawaban:
Bagaimana bisa hal itu (ucapan al-Imam Ahmad) dipahami seperti ini? Jauh berbeda.
(Seorang penyair berucap),
“Dia berjalan ke arah timur, sedangkan aku ke arah barat”
Amat jauh berbeda antara yang berjalan ke arah timur dan yang ke arah barat
Engkau tahu makna syattana? Maknanya ialah jauh (berbeda) antara yang ini dan yang ini.
Al-Imam Ahmad ditanya tentang seorang Ahlus Sunnah yang berjalan bersama dengan ahlul bid’ah. Orang itu bertanya, “Apakah aku harus meng-hajr-nya?”
Al-Imam Ahmad menjawab, “Tidakkah engkau beritahu dia terlebih dahulu? Engkau peringatkan dia dari ahli bid’ah itu.”
Engkau, wahai anakku, bertanya kepadaku tentang seseorang yang berpakaian seperti kaum Rafidhah dan berpenampilan sebagaimana kaum Rafidhah.
Telah aku sebutkan kepadamu, dan aku sendiri bertanya kepadamu. Aku katakan kepadamu, “Apabila engkau melihat bentuk sorbannya adalah sorban Rafidhah, sifatnya adalah sifat Rafidhah, dan cara shalatnya seperti cara shalat Rafidhah; lantas apa yang engkau inginkan untuk aku ucapkan tentangnya?! Apakah aku katakan bahwa dia adalah al-Imam Malik?”
Demikian pertanyaanku kepadamu. Kemudian engkau menjawab, “Bukan.”
Engkau bertanya kepadaku tentang seseorang yang berpenampilan seperti ahlul ahwa, tetapi engkau berdalil (tentang orang itu) dengan seseorang dari Ahlus Sunnah yang berjalan bersama ahlul ahwa’. Saya kira, tidak perlu lagi jawaban setelah ini. Jauh (berbeda).
Alihbahasa: Abu Muhammad Syu’bah حفظه الله
***
سائل يسأل عن وصف الروافض
محمد بن هادي المدخلي
السؤال: هذا عجيبٌ، هذا ابني السائل الذي سأل عن وصف الروافض، إذا رأيت في المغرب، صلاة المغرب بعد الصلاة الذي سأل الذي يكون من الروافض والجهميّة أو العلمانيّة؟ قد فصلّت لهُ القول، الآن أنا أتعجّب من هذا الفهم! حيثُ قال: أفهم من إجابتكم على سؤالي المُتعلِق بوصف المُعيّن للراوافض أو الجهمية والعلمانية، أنَّ قول الإمام أحمد لمّا اشترط النُصح قبلَ أن يُلحَق المُخالِف بمن يقول بقولهم يكون في المسائِل الخفية.
الجواب: ويش جاب هذا لذا؟! شتّان.
صارَت مُشرِقةً وصرتُ مُغرِبًا *** شتانَ بين مُشرِقِ وَمُغّرِبِ
تعرف معنى (شَتّانَ)؟ يعني (بَعُدَ) ما بينَ هذا وهذا؛ الْإِمَامَ أَحْمَدَ سُئِل عن رجُل من أهل السُنة يُماشي رجل من أهل البِدعة، (قال: أهجره؟ قال: أوتعلمهُ) حذّرهُ منهُ، أنتَ سألتني يا إبني عن رجل لابس لباس الروافض، وشكله شكل الروافض، وذكرت لك،وسألتُكَ أنا بنفسي سؤالًا، قُلت لك إذا رأيت عِمتّه عمة الرافضة، ووصفه وصف الرافِضة، وصلاته صلة الرافضة، ماذا تريدني أقول عنه؟ أقول عنه الإمام مالِك! هكذا سألتُكَ، فَقُلتَ: لا، فأنت تسألني عن شخص صبغتهُ صبغة أهل الأهواء، وتستدّل عليهِ برجُل من أهل السُنة، يمشي مع أهل الأهواء، أظن ما عاد يحتاج بعد هذا جواب، شتّان.
Sumber : http://ar.miraath.net/