HARUS MEMBANTAH SIAPA SAJA YANG SALAH?
Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله
Pertanyaan: Banyak bid’ah yang dinyatakan secara tegas oleh para ulama yang terpercaya bahwa itu merupakan bid’ah, seperti bid’ah berpartai yang sedikit sekali yang mentahdzirnya atau memperingatkan bahayanya, bahkan telah muncul pernyataan baru bahwa mentahdzirnya akan merusak persatuan bangsa. Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?
Jawaban:
Menurut kami dalam masalah ini kami katakan: kita mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah serta jalan yang ditempuh oleh para Salaf, dan kita tidak mempedulikan ucapan si A atau si B. siapa saja yang berada di atas manhaj yang lurus maka dia adalah saudara kita, dia termasuk kita dan kita termasuk darinya. Sebaliknya siapa saja yang menyelisihi manhaj yang lurus, maka dia bukan termasuk kita dan kita bukan termasuk dia, siapapun orangnya.
Jalan kebenaran sangat jelas –walhamdulillah– dan tidak ada kesamaran padanya, jadi kita tidak perlu atau tidak tepat untuk mengatakan: “Mungkin saja si fulan di atas kebenaran.” Karena jalan yang benar sangat jelas, walhamdulillah.
Dan harus menjelaskan kesalahan orang-orang yang salah dengan tujuan untuk memperingatkan dari kesalahan-kesalahan tersebut, bukan bertujuan untuk mencela pribadi mereka atau untuk merendahkan mereka. Tetapi semata-mata dalam rangka memperingatkan dari kesalahan agar tidak ada seorangpun yang tertipu dengannya. kesalahan di bantah siapapun yang membawanya.
Kita membantah para mubtadi’, bahkan juga terhadap Ahlus Sunnah. Jika salah seorang dari mereka ada yang salah maka kita bantah walaupun dia termasuk Ahlus Sunnah, walaupun dia termasuk salah seorang ulama besar.
KESALAHAN HARUS DIBANTAH, DAN INI MAKNANYA BUKAN MEMECAH BELAH UMAT, INI ADALAH MENGEMBALIKAN PERSATUAN UMAT, KARENA UMAT TIDAK AKAN BERSATU KECUALI DI ATAS MANHAJ YANG BENAR.
Adapun jika manhaj penuh tambalan seperti pada pakaian dan banyak kesalahannya, maka umat tidak akan bisa bersatu.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ.
“Setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang mereka miliki.” (QS. Al-Mu’minun: 53)
Ini merupakan celaan terhadap mereka.
فَتَقَطَّعُوْا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ.
“Maka mereka memecah belah urusan mereka, setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang mereka miliki.” (QS. Al-Mu’minun: 53)
Ini sebagai bentuk celaan. Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ.
“Dan sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Rabb kalian, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minun: 52)
Dan pada ayat yang lain Dia berfirman:
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ.
“Sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Rabb kalian, maka hendaklah kalian beribadah kepada-Ku.” (QS. Al-Anbiya’: 52)
UMAT INI SATU, DAN UMAT TIDAK AKAN BERSATU KECUALI DI ATAS MANHAJ YANG LURUS YANG TIDAK ADA PADANYA KESALAHAN ATAU BID’AH ATAU PENYIMPANGAN.
Menyatukan umat bukan dengan cara mengumpulkan semua golongan sebagaimana anggapan sebagian orang.
Tidak demikian, MENYATUKAN UMAT ADALAH DENGAN AL-KITAB DAN AS-SUNNAH, TIDAK AKAN BISA MENYATUKAN UMAT KECUALI DENGAN MENGIKUTI AL-KITAB DAN AS-SUNNAH. Sedangkan orang yang salah maka dia yang harus kembali kepada kebenaran, harus dengan cara seperti ini.
Sumber: http://www.ajurry.com/vb/
*******
السؤال:
السَّلام عليكُم ورحمة الله وبركاته
صاحبُ الفضيلة يقول السَّائلُ: كثيرٌ مِن البدع الَّتي نصَّ العُلماء الثِّقات على بدعِيَّتها كبدعةِ الأحزاب قلَّما مَن يُحذِّرُ مِنها، بل قد برزَ طرحٌ جديد أنَّ التَّحذير مِنها يُؤثِّرُ في الوحدة الوطنيَّة! ما هُو رأيُكُم في هذا القول؟
الجواب:
رأيُنا في هذا القول نحنُ نقُول: نحنُ نتَّبع الكتاب والسُّنَّة وما عليه سلف الأُمَّة، ولا علينا مِن قول فُلان وعلاَّن.
مَن كان على المنهج السَّليم فهُو أخُونا؛ وهُو مِنَّا ونحنُ مِنه، ومَن كان مُخالِفًا في المنهج السَّليم؛ فليس مِنَّا ولسنا مِنه كائنًا مَن كان.
الطريقُ واضحٌ ـ ولله الحمد ـ ولا لَبْسَ فيه حتَّى نقُول أنَّ فُلانًا يُمكن أنْ يكون على صواب؛ الطَّريق واضحٌ ولله الحمد، والجادةُ واضحةٌ.
ولا بُدَّ مِن بيان أخطاء الَّذين أخطئوا للتَّحذير مِنها، ليس للنَّيل مِن أشخاصِهم أو التَّقليل مِن شأنِهم، ولكن لأجل التَّحذير مِن الخطأ لئلاَّ يغترَّ به أحدٌ؛ الخطأ مردُودٌ على مَن جاء به كائنًا مَن كان.
نحنُ نرُدُّ على المُبتدِعة، وحتَّى على أهلِ السُّنَّة، إذا أخطأ أحدٌ مِنهم رددْنا عليه ولو هو مِن أهلِ السُّنَّة، ولو هو مِن أكابر العُلماء.
الخطأُ يُرَدُّ؛ وليس معنى هذا هو التَّفريق بين الأُمَّة! هذا (إرجاع) بين الأُمَّة؛ لأنَّ الأُمَّة لا تجتمع إلاَّ على منهج صحيح، أمَّا إذا كان المنهجُ مُرقَّعًا، وأخطاء! الأُمَّة لا تجتمع.
اللهُ جلَّ وعلا يقُول:“كُلُّ حزبٍ بِما لديهم فرِحُون”[المؤمنون: 53] هذا ذمٌّ لهم،“فَتَقَطََّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُراً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ”[المؤمنون: 53] هذا مِن باب الذَمِّ، واللهُ جلَّ وعلا يقُول: “وَإِنََّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ“[المؤمنون: 52]، وفي الآية الأُخرى “إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ”[الأنبياء: 92].
الأُمَّة واحدةٌ، ولا تسير الأُمَّة إلاَّ على منهجٍ سلِيمٍ، ليس فيه أخطاء أو ابتِداع أو انحِرافٍ.
وجمعُ الأُمَّة ليس بالتَّجميع كما يظُنُّ بعضُ النَّاس، بالتَّجميع!
لا، جمعُ الأُمَّة إنَّما هُو بالكتاب والسُّنَّة، لا يجمع الأُمَّة إلاَّ اتِّباع الكتاب والسُّنَّة، والمُخطئ يتراجع عن خطئه، لا بُدَّ مِن هذا، نعم.