DI ANTARA MUTIARA HIKMAH DARI ASY-SYAIKH SHALIH AL-FAUZAN حفظه الله تعالى
Manusia, sebagian mereka menjadi ujian atas sebagian yang lain. Allah Ta’ala berfirman,
{{ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَ كَانَ رَبُكَ بَصِيرًا}}
“Kami jadikan sebagian kalian sebagai ujian atas sebagian yang lainnya. Apakah kalian bersabar? Rabbmu Maha Melihat.”
Manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya. Allah menguji orang mukmin dengan orang kafir dan dengan orang munafik. Allah menguji hamba-hamba-Nya, sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
{{ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَا بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ }}
“Demikianlah. Dan seandainya Allah mau (menolong tanpa usaha kalian), niscaya Allah tolong kalian. Namun Allah ingin menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lainnya.” [Q.S. Muhammad: 4]
Allah Ta’ala berfirman,
{{ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَ كَانَ رَبُكَ بَصِيرًا}} (٢٠ الفرقان)
“Kami jadikan sebagian kalian sebagai ujian atas sebagian yang lainnya. Apakah kalian bersabar?.” [Q.S. al-Furqan: 20]
Maka seorang mukmin dan seorang muslim diuji dengan musuh-musuhnya dari kalangan orang-orang kafir, kaum munafik, dan para pelaku maksiat. Sehingga tampak sikapnya terhadap musuh-musuhnya ketika menyeru ke jalan Allah, memerintahkan kepada kemakrufan, dan melarang kemungkaran, dan jihad, ataukah dia menyerah dan condong untuk mencari ketenangan.
Jika keadaannya adalah yang pertama, yakni senantiasa berdakwah ke jalan Allah, memerintahkan kepada kemakrufan dan melarang kemungkaran, serta berjihad, sungguh dia berada pada kebaikan dan lulus dari ujian tersebut.
Jika keadaannya adalah yang kedua, yaitu menyerah dan cenderung untuk memilih istirahat, tidak mau berhadapan dengan manusia yang berada pada kejelekan mereka, tidak mau mengajak mereka ke jalan Allah, tidak mengajak kemakrufan dan melarang kemungkaran, tidak mau berjihad di jalan Allah, dia hanya pasrah/ menyerah dan memilih untuk beristirahat, sungguh keadaannya merugi dan gagal dalam ujian tersebut.
Sumber: Al-Fiqhu Fid Din ‘Ishmatun Minal Fitan hal. 15-16.
* Alih bahasa: Ustadz Abu Bakar Jombang hafizhahullah
——————————–
من درر العلامة صالح الفوزان حفظه الله
قال حفظه الله :
الناس بعضهم لبعض فتنة
قال تعالى {{ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَ كَانَ رَبُكَ بَصِيرًا}}
فالناس يبتلي الله سبحانه وتعالى بعضهم ببعض، يبتلي المؤمن بالكافر، ويبتلي المؤمن بالمنافق، يبتلي عباده بعضهم ببعض،
قال تعالى {{ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَا بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ }} (٤ سورة محمد)
وقال تعالى {{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ }}
(٢٠ الفرقان)
فالمؤمن والمسلم يبتلى بأعدائه من الكفار والمنافقين والعصاة ،ليتجلى موقفه منهم بالدعوة إلى الله، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، والجهاد،
أو الإستسلام والإخلاد إلى الراحة،
فإن كانت الأولى ـ وهي الدعوة إلى الله، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر والجهاد ـ كان على خير ، ونجح في الامتحان،
وإن كانت الثانية ـ وهي الإستسلام والإخلاد إلى الراحة، وعدم التعرض للناس وهم على شرهم، وعدم دعوتهم إلى الله، وعدم الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وعدم الجهاد في سبيل الله، إنما استسلم وأخلد إلى الراحة ـ كانت الخسارة والإخفاق في الامتحان . اهـ
المصدر
ص(١٥، ١٦ ) الفقه في الدين عصمة من الفتن