APAKAH JARH WA TA’DIL TIDAK BERLAKU LAGI DI ZAMAN INI (Bagian 2)
بسم الله الرحمن الرحيم
2] Pernyataan asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin:
Penanya mengatakan: Apakah sunnah jarh wa ta’dil telah mati? Dan apa hukum membantah orang yang menyimpang terlepas dari kepribadian individunya?
Jawaban:
Saya khawatir ini merupakan kata yang benar namun diinginkan dengannya kebatilan. Jarh wa ta’dil tidaklah mati, tidak dikubur, dan tidaklah sakit, segala puji hanya bagi Allah. Jarh wa ta’dil tetaplah tegak.
Jarh wa ta’dil ada ketika persaksian di hadapan qadhi. Mungkin mereka menjarh lawannya dan ia menuntut bukti dari mereka.
Jarh wa ta’dil juga ada pada periwayatan. Kita telah mendengar imam kita membaca firman Allah ta’ala:
يا أيها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ فتبينوا
“Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang fasik datang kepada kalian membawa sebuah berita, maka periksalah kebenarannya.”
Sehingga jarh wa ta’dil akan senantiasa ada selama jenis manusia itu masih ada. Sepanjang jenis manusia itu masih ada, maka jarh wa ta’dil juga akan tetap ada.
Namun saya khawatir ada orang yang mengatakan bahwa orang ini majruh (telah dijarh) padahal ia tidaklah majruh, sehingga dari fatwa ini ia akan menjadikannya sebagai alat untuk menyebarkan aib-aib orang lain. Oleh karena itu saya katakan: bila pada seseorang itu terdapat suatu aib, lalu maslahat, hajah, atau keadaan darurat mengharuskan untuk menjelaskannya, maka tidak mengapa, tidak mengapa untuk menjelaskannya.
Hanya saja akan lebih baik bila ia mengatakan: “Sebagian orang melakukan demikian,” “Sebagian manusia berbicara demikian,” karena dua alasan:
Alasan pertama: Ia akan lebih bisa menerima dari pada penyebutan nama secara langsung.
Alasan kedua: Hukum ini lebih menyeluruh, meliputi dirinya dan orang lain. Kecuali bila kita melihat individu tertentu yang sudah membuat manusia terfitnah. Ia menyeru kepada bid’ah atau kepada kesesatan, maka ketika itu harus ada ta’yin (menyebut nama secara langsung) hingga tidak ada manusia yang tertipu dengannya. Selesai penukilan.
Sumber: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=130711
* Alih bahasa : Syabab Forum Salafy
—————
قول الشيخ محمد بن صالح العثيمين
يقول السائل: هل سنة الجرح والتعديل ماتت ؟ ،وما حكم الرد على المخالف بغض النظر عن شخصيته ؟
الجواب : ” أنا أخشى أن تكون هذه كلمة حق أريد بها باطل ، الْجَرح والتعديل لَم يَمُت ولَم يدفن ولَم يُمْرض ولله الحمد ، هو قائم . الْجرح والتعديل يكون في الشهود عند القاضي ، يُمكن يجرحون الخصم ويطلب منهم البينة ،
ويكون أيضا في الرواية ، وقد سمعنا قراءة إمامنا قول الله تعالى:
((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا)) .
فالْجَرح والتعديل لا يزال باقيًا ما دَام نوع الإنسان باقيًا،vما دام النوع الإنسان باقيًا ؛ فالْجَرح والتعديل باق . لكن أنا أخشى أن يقول قائل : إن هذا الإنسان مجروح ، وليس بمجروح ، فيتخذ من هذه الفتوى وسيلة لنشر معايب الخلق .
ولهذا أقول : إذا كان في شخص عيب ما ، فإنْ اقتضت الْمصلحة أو الْحاجة، أو الْضرورة إلى بَيانه . فلا بأس به ، لا بأس منْ بيانه ،
ولكن الأحسن أن يقول : بعض الناس يفعل كذا ، بعض الناس يقول:كذا،لسببين :
السبب الأول : أن يسلم من قضية التعيين .
والسبب الثاني : أن يكون هذا الْحكم شاملا له ولغيره. إلا إذا رأينا شخصًا مُعينًا قد فُتِنَ الناس به ، وهو يَدْعو إلى بدْعة أو إلى ضَلالة ، فَحِينئذ لا بدّ منْ التّعيين حَتى لا يَغترّ الناس به ” . اهــ