BERAPA LAMA SEORANG MUSAFIR BOLEH TIDAK BERPUASA
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan: Seorang musafir ingin tinggal di negeri tujuan safarnya selama sepekan, maka apakah boleh baginya untuk tidak berpuasa?
Jawaban: Boleh baginya untuk tidak berpuasa walaupun dia tinggal sebulan penuh, karena dia masih teranggap sebagai seorang musafir. Nabi shallallahu alaihi was sallam tidak menentukan batas yang dengannya safar dianggap berakhir, bahkan beliau sendiri tinggal di Tabuk selama 20 hari dengan mengqashar shalat,[1] dan beliau tinggal di Makkah pada Fathu Makkah (penundukan kota Makkah) selama 19 hari dengan mengqashar shalat. Dan telah tetap dalam Shahih al-Bukhary bahwa Nabi shallallahu alaihi was sallam tinggal di Makkah pada Fathu Makkah dalam keadaan tidak berpuasa,[2] sementara yang diketahui bahwasanya ar-Rasul shallallahu alaihi was sallam masuk Makkah pada Fathu Makkah pada hari ke-20 Ramadhan, sehingga itu artinya beliau tidak berpuasa di bulan Ramadhan sebanyak 10 hari selama beliau berada di Makkah, wallahu a’lam.
Catatan kaki:
[1] HR. Abu Dawud, no. 1235.
Al-Albany rahimahullah berkata dalam Shahih Sunan Abu Dawud, jilid 1 hlm. 336, “Shahih.” (pent)
[2] HR. Al-Bukhary, no. 1944
**
? Majmu’ul Fatawa, jilid 19 hlm. 154-155