Bantahan Ilmiyah terhadap kaset (Dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik) dengan pemateri Abdurrahman bin Mar’i
بسم الله، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه.
Amma ba’du: Dengan pertolongan Allah, aku masih berkesempatan untuk menyampaikan kepada kalian perkara-perkara yang membongkar kekeliruan Abdurrahman bin Mar’i justru dari lisannya sendiri, sebagaimana dalam kasetnya (Dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik)
Di antara kekeliruannya yang besar dan musibahnya yang dahsyat adalah pengakuannya bahwa dahulu dia pernah mencela ulama Yaman.
Dia berkata, “Ada seorang ikhwan yang bertanya: Kami ingin penjelasan dalam permasalahan ini, mereka mengatakan bahwa aku (Abdurrahman) mencela asy-syaikh al-Imam dan al-Bura’i di waktu yang lalu.
(Jawaban dari Abdurrahman, pen): Puncak dari masalah ini adalah saat terjadinya fitnah al-Hajuri dan sikap para masyayikh yang berlambat-lambat dalam menjelaskan fitnah tersebut. Aku seperti manusia lainnya, yang dapat kecewa karena sikap ini, sikap berlambat-lambat dalam menyelesaikan masalah si perusak ini (al-Hajuri). Kekecewaanku bukan berarti mencela manhaj mereka. Bukan berarti menghasut berbuat jelek kepada mereka. Bukan pula mentahdzir mereka.” Selesai penukilan.
Dari ucapannya bisa kita ambil beberapa buah kesimpulan:
Pertama: pengakuannya dengan lisannya sendiri bahwa dahulu ia pernah mencela ulama Yaman.
Kedua: celaannya kepada mereka dikarenakan alasan pribadi, bukan agama. Alasan tersebut adalah karena mereka tidak bersegera menyelesaikan permasalahannya dengan al-Hajuri.
Ketiga: Ketidak ridha-annya dengan cara yang ditempuh ulama Yaman, terbukti ia menuduh mereka menunda-nunda penjelasan.
Keempat: memaksakan pendapatnya atas pendapat ulama Yaman.
Kelima: bolehnya mencela masyayikh Yaman apabila mereka menunda-nunda penyelesaian suatu masalah. Dengan hujah kita seorang manusia yang dapat kecewa.
Keenam: benarnya dakwaan para ikhwah (masyayikh Aden yang bersama ulama kibar, pent) bahwa Abdurrahman mencela ulama Yaman. Bukti paling nyata akan kebenaran ucapan mereka adalah pengakuannya sendiri akan hal yang demikian.
Ketujuh: salahnya tuduhan dia kepada para ikhwah bahwa merekalah yang mencela ulama Yaman.
Kedelapan: tujuan dia menuduh para ikhwah adalah untuk memalingkan manusia dari usahanya mengusir al-ghuroba (warga negara asing). Padahal perkara ini adalah kejahatan yang menggemparkan dunia, yang sejarah tidak akan pernah melupakannya.
Kesembilan: penjelasan tentang kebohongan Abdurrahman bin Mar’i. Yaitu dalam ucapannya, “Namun bukan berarti mencela manhaj mereka. Bukan berarti menghasut berbuat jelek kepada mereka. Bukan pula mentahdzir mereka.” selesai penukilan.
Kedustaan ini banyak nampak dari Abdurrahman bin Mar’i. Padahal celaannya terhadap masyayikh Yaman banyak lagi keji.
Akan aku sebutkan sebagiannya:
Abdurrahman bin Mar’i berkata tentang Muhammad al-Imam, “Dia seorang pengkhianat.”
Abu Abdillah Hasyim bercerita kepada kami bahwa Abdurrahman bin Mar’i berkata kepada asy-Syaikh Rabi’, “Al-Hajuri dan Muhammad al-Imam adalah dua sisi dari uang yang satu.”
Dia berkata tentang asy-Syaikh al-Bura’i, “Dia punya makar.”
Dia bercerita –dalam rangka mengejek, “Asy-Syaikh al-Bura’i menelponku bertanya beberapa permasalahan tentang talak dan jual beli.”
Dia juga berkata tentang keduanya, “Al-Imam dan al-Bura’i tidak pantas berfatwa.”
Abdurrahman bin Mar’i pun menuduh asy-Syaikh al-Wushabi dengan kedustaan.
Semua celaan-celaannya ini disaksikan oleh para ikhwah yang tsiqah, orang-orang yang terpercaya dan kokoh. Dan sebagiannya didengarkan orang banyak beberapa kali.
Jika celaannya bukan demikian, hendaknya Abdurrahman menyebutkan kepada kita lafaz-lafaz apa saja yang dahulu dia gunakan dalam membicarakan (masyayikh Yaman).
Kesepuluh: kejelasan sikap Abdurrahman bin Mar’i bersama ulama dan masyayikh. Barangsiapa yang membela dan menyanjungnya, niscaya Abdurrahman akan mengangkat dan menyanjungnya. Adapun siapa yang tidak membela dan menyanjungnya, niscaya Abdurrahman akan membicarakan dan mencelanya.
Saat dahulu asy-Syaikh al-Bura’i dan Muhammad al-Imam menunda menjelaskan fitnah al-Hajuri, dia membicarakan dan mencelanya. Namun sekarang, saat keduanya menyanjungnya, di sisinya keduanya pun menjadi kibar ulama, pantas berfatwa tentang masalah kontemporer, dan sanjungan-sanjungan yang lain yang tidak pernah ada sebelumnya.
Asy-Syaikh al-Wushobi dahulu di sisi Abdurrahman seorang pendusta, saat dahulu tidak berdiri bersamanya. Namun saat beliau berdiri berseberangan dengan al-Hajuri, di sisinya beliau menjadi seorang bapak yang banyak ilmunya, tokoh yang banyak pengetahuannya.
Sebagaimana telah aku jelaskan dalam risalah terpisah dengan judul: (Abdurrahman dan celaannya terhadap ulama Yaman asy-Syaikh al-Wushabi).
Demikian pula asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Ubaid saat menjelaskan hakikat al-Hajuri dan memuji Abdurrahman bin Mar’i –berdasarkan apa yang nampak oleh beliau berdua–, Abdurrahman memposisikan keduanya sebagai orang tua yang telah memutih jenggotnya (banyak pengalaman) dan sebagai rujukan dalam masalah kontemporer, sebagaimana dalam muhadharahnya di masjid as-Salam yang didengarkan penduduk kota Aden.
Dan sekarang, Abdurrahaman tidak mengenal siapakah asy-Syaikh Ubaid. Bahkan hampir tidak pernah dia menyebut nama beliau.
Adapun asy-Syaikh Rabi’, Abdurrahman telah mendapatkan sikap dari beliau, sebagaimana yang terucap dalam kasetnya (Perjalanan Umrah). Yang demikian itu dikarenakan beliau berdua hendak menasihatinya. Namun Abdurrahman tidak senang kepada orang yang menasihatinya.
Alhamdulillah, Abdurrahman telah menjelaskan kepada kita tentang manhajnya dalam perkara ini dengan lisannya sendiri.
Dan kita sedang menunggu keterangan tambahan darinya agar semakin bertambah banyak kekeliruannya dan semakin nampak di mata manusia. Karena al-Hajuri saat banyak berbicara, nampak kekeliruannya. Demikian pula Abdurrahman bin Mar’i saat mengeluarkan kepada kita kasetnya. Sungguh dia telah meringkaskan kepada kita sebuah jalan yang panjang, agar manusia menjadi tenang.
Demikian juga kasetnya yang menceritakan tentang (perjalanan umroh). Karena sebagian masyayikh saat mendengarkannya, mereka mencuci tangannya dari Abdurrahman
Ditulis oleh: Abul Abbas Yasin bin Ali al-Adeny.
Yaman-Aden.
Ahad, 12 Rabi’uts Tsani 1436 H
Alih bahasa: Ustadz Yahya Windani hafizhahullah
***
الوقفة الثالثة من :
الرد العلمي على شريط (وجادلهم بالتي هي أحسن ) لعبد الرحمن بن مرعي
بسم الله، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه.
أما بعد : فلا زلت – بعون الله تعالى – أذكر لكم تلكم الأمور التي فضحت عبد الرحمن بن مرعي بلسانه، كما في شريطه : ( وجادلهم بالتي هي أحسن ).
ومن هذه الفضائح الكبرى، والطوام العظمى، تصريحه بأنه كان يطعن في علماء اليمن :
فقال : ( يقول الأخ نريد التوضيح في هذه المسألة : يقولون : بأنني كنت أتكلم على الشيخ الإمام والبرعي في الزمن الماضي ؟.
غاية ما في الأمر لما حصلت فتنة الحجوري وحصل من هؤلاء المشايخ التأخر في البث فيها، أنا كبشر أتألم من هذا الموقف المتأخر في قضية هذا الرجل المفسد، لكن ليس معناه الطعن في منهجهم، ليس معناه التحريض عليهم، ليس معناه التحذير منهم ) .انتهى.
فمن كلامه هذا نستفيد أمورًا :
الأمر الأول : تصريحه بلسانه، بأنه كان يطعن في علماء اليمن.
الأمر الثاني : أن طعنه فيهم قائم على غرض شخصي لا ديني، وذلك أنهم لم يسارعوا في حلّ قضيته مع الحجوري.
الأمر الثالث : عدم رضاه بطريقة علماء اليمن؛ لكونه يتهمهم بالتأخير.
الأمر الرابع : فرض رأيه على رأيهم.
الأمر الخامس : أنه يجوز الطعن في مشايخ اليمن إذا تأخروا في بيان أيّ قضية، بحجة أننا بشرٌ نتألم.
الأمر السادس : صحة دعوى الإخوة في كون عبد الرحمن يطعن في علماء اليمن، وأعظم بيّنة لصحة دعواهم تصريحه بذلك.
الأمر السابع : بطلان دعواه أن إخوانه هم الذين يطعنون في علماء اليمن.
الأمر الثامن : أن غرضه من هذه الدعوى صرف أنظار الناس عن قضية سعيه في ترحيل الغرباء، وهي جريمة أدهشت العالم، والتي لن ينساها التاريخ أبدًا.
الأمر التاسع : بيان كذب عبد الرحمن بن مرعي، وذلك في قوله : ( لكن ليس معناه الطعن في منهجهم، ليس معناه التحريض عليهم، ليس معناه التحذير منهم ) .انتهى.
وهذا من الكذب الذي كثر ظهوره من عبد الرحمن بن مرعي، وإلا فإن طعوناته في مشايخ اليمن كثيرة وفظيعة.
وسأذكر لكم شيئًا من ذلك :
فقد قال عبد الرحمن بن مرعي في محمد الإمام : هو خائن.
وقال لنا أبو عبد الله هاشم السيد : إن عبد الرحمن بن مرعي قال للشيخ ربيع : الحجوري ومحمد الإمام وجهان لعُملة واحدة.
وقال في الشيخ البرعي : عنده مكر.
وقال – وهو يسخر – : الشيخ البرعي يتصل بي يسألني عن مسائل في الطلاق والبيوع !!!.
وقال فيهما أيضًا : الإمام والبرعي ليسا أهلا للفتوى.
واتهم عبد الرحمن بن مرعي الشيخ الوصابي بالكذب.
وكل هذه الطعونات، يشهد عليه بها إخوة ثقات، ورجال مؤتمنون أثبات، وبعضها قد سمعها الناس منه عدة مرات.
وإلا فليذكر لنا عبد الرحمن ما هي هذه الألفاظ التي كان يتكلم بها.
الأمر العاشر : بيان طريقة عبد الرحمن بن مرعي مع العلماء والمشايخ، وذلك أن من دافع عن عبد الرحمن بن مرعي، وأثنى عليه، فإن عبد الرحمن يرفعه ويثني عليه.
وأما الذي لا يدافع عنه ولا يثني عليه، فإن عبد الرحمن سوف يتكلم ويطعن فيه.
فالشيخ البرعي ومحمد الإمام لما أخرا البث في فتنة الحجوري تكلم وطعن فيهما. واليوم لما أثنيا عليه، صارا عنده من كبار العلماء، وأهل للنوازل، وغير ذلك من المناقب والمحاسن التي لم تكن من قبل.
والشيخ الوصابي كان عند عبد الرحمن كذاب لما لم يقف معه، ولما وقف ضد الحجوري صار عنده بعد ذلك هو الوالد العلامة، والكبير الفهامة.
كما بينت ذلك في الرسالة المستقلة : ( عبد الرحمن بن مرعي وطعنه في علامة اليمن الشيخ الوصابي).
وهكذا الشيخ ربيع والشيخ عبيد لما تكلما على الحجوري، وأثنيا على عبد الرحمن بن مرعي بما ظهرا لهما منه. جعلهما عبد الرحمن ممن شابت لحاهما، وأنهما في النوازل يُرجع إليهما.
كما في محاضرة ( مسجد السلام )، التي سمعها أهل عدن.
واليوم لا يعرف عبد الرحمن بن مرعي من هو الشيخ عبيد، ولا يكاد ينطق باسمه.
وأما الشيخ ربيع فقد نال عبد الرحمن بن مرعي منه كما في شريطه ( رحلة العمرة ) . وما ذاك إلا لأنهما يناصحانه، وهو لا يرتضي من يناصحه.
فالحمد لله فقد بيّن لنا عبد الرحمن بن مرعي عن منهجه في هذا بلسانه.
ونحن ننتظر منه مزيد كلام، حتى ينفضح أزيد وأزيد عند الأنام، فإن الحجوري لما أكثر من الكلام فضح، وهكذا فإن عبد الرحمن بن مرعي لما أخرج لنا هذا الشريط فإنه اختصر لنا طريقا طويلا لإقناع الناس.
وهكذا شريطه الذي شرح فيه ( رحلة العمرة )، فإن بعض المشايخ لما سمعه غسل يديه من عبد الرحمن.
كتبه : أبو العباس ياسين بن علي العدني.
اليمن – عدن.
يوم الأحد الثاني عشر من شهر ربيع الثاني عام 1436هـ.