Bantahan Ilmiyah terhadap kaset (Dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik) dengan pemateri Abdurrahman bin Mar’i
بسم الله، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه.
Amma ba’du: Akhi fillah, pada kesempatan kali ini, akan aku sebutkan kepada engkau suatu perkara yang menjadi bukti bahwa Abdurrahman bin Mar’i bukanlah seorang yang diberi taufik. Dimana dia menyebutkan beberapa perkara yang sejatinya memojokkannya, bukan membelanya. Dia menjatuhkan dirinya sendiri kepada perkara yang justru memudharatkannya dan bukan yang memberinya manfaat, kepada hal membuatnya sulit dan bukan yang membuatnya mudah. Dia berusaha membuat manusia puas dengan kebodohannya. Dia ingin membuat manusia ridho dengan kejahilannya. Dan, alhamdulillah, manusia sadar akan hal demikian.
Karena sesungguhnya para pengikut Abdurrahman bin Mar’i mengetahui kritikan-kritikan ulama kepadanya. Mereka juga mengetahui kritikan-kritikan ilmiyah kami kepadanya. Sehingga mereka meminta jawaban darinya (atas bantahan-bantahan kami). Tujuannya agar mereka dapat membantah kritikan kami dan menutup pintu (kritikan) ini. Hanya saja yang mereka dengar hanyalah kebodohan dan umpatan, “Si fulan tertipu.. si fulan pendusta.. Mereka adalah al-Hajuri.. Mereka adalah para preman.”
Hal ini, alhamdulillah, menjadi sebab munculnya keraguan di benak sebagian pengikutnya. Sampai-sampai ada sebagian thalabah kibar yang menghubungi ikhwan-ikhwan kita meminta maaf kepada mereka atas kesalahan-kesalahan yang mendhalimi hak saudaranya.
Di antara mereka juga ada yang menghubungi ikhwah kita di Aden meminta penjelasan tentang duduk perkara Abdurrahman bin Mar’i.
Diantara yang disebutkan Bin Mar’i dalam kasetnya (Dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik): bahwa aku (Syaikh Yasin, pent) meninggalkan fatwa ulama Kerajaan Saudi dalam permasalahan jihad melawan Hutsy di daerah Kitaf dan mengambil fatwa masyayikh Yaman.
Na’am. Ini justru hujah untuk menyalahkan Abdurrahman. Yang demikian karena dia menuduh kami mencela masyayikh Yaman. Anggaplah, wahai orang-orang yang berakal, aku mengambil fatwa mereka (masyayikh Yaman, pent), maka ini adalah bukti terkuat bahwa aku tidak pernah mencela mereka. Jika tidak, bagaimana mungkin aku mengambil fatwa mereka.
Dan di saat sebagian para thalibul ilmi mendengarkan ucapan Abdurrahman ini, mereka pun menyimpulkan, “Berarti Yasin al-Adeny tidak mencela ulama Yaman.”
Adapun engkau, wahai Abdurrahman, engkau goncang dengan kegoncangan yang nyata. Dahulu engkau mempunyai sikap yang goncang dan kondisi yang menyedihkan dalam permasalahan Kitaf. Yaitu:
Sikap yang pertama: Dahulu Abdurrahman bin Mar’i mengambil fatwa masyayikh Yaman. Dan dahulu dia mencela orang-orang yang tidak berpegang dengan fatwa tersebut.
Bahkan, di waktu itu dia berkata dengan tegas kepada sebagian ikhwan kita bahwa ulama Kerajaan Saudi tidaklah mereka memfatwakan jihad kecuali tujuannya untuk menjaga negri mereka.
Dia juga berkata kepada ikhwan lainnya, “Syiah ada di Kerajaan Saudi. Namun mengapa ulama Kerajaan Saudi tidak memfatwakan jihad melawan Syiah (di negri mereka).”
Sikap yang kedua: yaitu saat terjadi peperangan yang kedua. Abdurrahman ingin mencari ridha ulama Kerajaan Saudi dan ikhwan-ikhwan kita penduduk Aden. Akhirnya dia pun memfatwakan jihad, sebagaimana dalam muhadharahnya di masjid ar-Ridha di distrik al-Manshurah.
Sikap yang ketiga: yaitu saat dia tahu bahwa ulama Yaman marah kepadanya –terlebih asy-Syaikh al-Bura’i–. Dia pun berkata kepada ikhwan, “Aku tidak memfatwakan jihad.”
Maka lihatlah, wahai para thalabatul ilmi, bagaimana orang ini bermain-main dengan fatwa. Dia hanya ingin mengambil keridhaan manusia.
Dan dengan ini engkau telah membongkar kesalahanmu sendiri, wahai Abdurrahman.
Kami hanya memohon kepada Allah pertolongan untuk menggapai apa yang kita harapkan dan penjagaan dari kekeliruan dan ketergelinciran saat menjalaninya.
Ditulis oleh: Abul Abbas Yasin bin Ali al-Adeny
Yaman-Aden
Rabu, 15 Rabi’uts Tsani 1436 H
Alihbahasa: Abu Tholhah Yahya Windani
***
الوقفة الرابعة من :
الرد العلمي على شريط : (وجادلهم بالتي هي أحسن) لعبد الرحمن بن مرعي
بسم الله، والحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه.
أما بعد : أخي في الله، في هذه الوقفة أذكر لك أمرًا يدلك على أن عبد الرحمن بن مرعي ليس بموفق، حيث يذكر أشياء هي عليه لا له، وأنه أوقع نفسه فيما يضره لا فيما ينفعه، وفيما يسوؤه لا فيما يسره، فهو يحاول أن يُقنع الناس بحماقاته، وأن يرضيهم بجهالاته، والناس – ولله الحمد – قد تفطنوا لذلك.
فإن المتعصبة لعبد الرحمن بن مرعي يسمعون طعونات أهل العلم فيه، ويسمعون منا الانتقادات العلمية عليه، فيطلبون منه الجواب، من أجل أن يردوا علينا ويسدوا هذا الباب، فلا يسمعون منه إلا الحماقات والسباب، وفلان مغرور وفلان كذاب، وهؤلاء حجاورة، وهؤلاء بلاطجة.
وهذا – ولله الحمد – سببٌ لوقوع الاضطراب عند بعض المتعصبة، حتى إن بعض كبار الطلبة في الفيوش اتصل ببعض إخواننا يعتذر إليهم مما صدر منهم في حق إخوانهم.
ومنهم من يتصل ببعض إخواننا في عدن، ويريدون منهم توضيح أمر عبد الرحمن بن مرعي.
فمما ذكره ابن مرعي في شريطه ( وجادلهم بالتي هي أحسن ) : أني تركت فتوى أهل المملكة في شأن جهاد الحوثة في ( كتاف )، وأخذت بفتوى أهل اليمن.
نعم، فهذه حُجة على عبد الرحمن، وذلك أنه يتهمنا بأننا نطعن في مشايخ اليمن، فكوني – يا أيها العقلاء – أخذت بفتواهم فهذا من أقوى الحجج عليه بأني لا أطعن فيهم، وإلا فكيف آخذ بفتواهم.
ولما سمع بعض طلبة العلم كلام عبد الرحمن هذا، قالوا : فياسين العدني لا يطعن في علماء اليمن.
أما أنت يا عبد الرحمن بن مرعي، فقد اضطربت اضطرابًا ظاهرًا، فقد كانت لك في قضية (كتاف) مواقف مضطربة، وأحوال مخزية، وهي :
الموقف الأول : أخذ عبد الرحمن بن مرعي بفتوى مشايخ اليمن، وكان يطعن فيمن لم يأخذ بهذه الفتوى.
بل وصرّح – في تلك الأيام – لبعض إخواننا بأن علماء المملكة لم يُفتوا بالجهاد إلا حفاظا على بلادهم.
وقال للبعض الآخر : الشيعة موجودون في المملكة، فلماذا لم يُفتِ علماء المملكة بجهادهم.
الموقف الثاني : وذلك في الحرب الثانية أراد عبد الرحمن أن يُرضي علماء المملكة ومن تابعهم من إخواننا من أهل عدن، فأفتى بالجهاد، كما في محاضرة مسجد ( الرضا ) في مدينة ( المنصورة ).
الموقف الثالث : وذلك لما علم بأن علماء اليمن قد غضبوا عليه – لا سيما الشيخ البرعي – فقال للإخوة : أنا ما أفتيت بالجهاد.
فانظروا – يا طلبة العلم – كيف يتلاعب هذا الرجل بالفتوى، يريد أن يرضي الناس.
وبهذا فضحت نفسك بنفسك يا عبد الرحمن.
نسأل الله المعونة على ما نبتغيه، والعصمة من الخطإ والزلل فيه.
كتبه : أبو العباس ياسين بن علي العدني.
اليمن – عدن.
في يوم الأربعاء الخامس عشر من شهر ربيع الثاني عام 1436هـ