Seorang Hamba, Antara Dosa Dan Ketaatan

Antara Dosa Dan KetaatanSEORANG HAMBA ANTARA DOSA DAN KETAATAN

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala jika menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia akan menjadikannya lupa untuk melihat ketaatan yang dia lakukan dan menghilangkannya dari hati dan lisannya. Namun jika dia ditimpa dosa, maka Allah menjadikan dosa tersebut selalu terbayang-bayang di depan matanya dan dia lupakan semua ketaatannya dan menjadikan perhatian terbesarnya semuanya terhadap dosanya. Jadi dosanya senantiasa di terbayang-bayang hadapannya ketika dia berdiri atau duduk, dan di waktu pagi maupun di waktu sore. Maka hal ini pun menjadi kunci rahmat bagi dirinya.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian Salaf: “Sesungguhnya ada seorang hamba yang benar-benar melakukan dosa namun hal itu justru menjadi sebab dia masuk ke dalam syurga, sedangkan hamba yang lain ada yang melakukan kebaikan namun hal itu justru menjadi sebab dia masuk neraka.” Ada yang bertanya: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab: “Dia melakukan dosa lalu dosa itu selalu terbayang-bayang di depan matanya, setiap kali mengingatnya dia pun menangis, menyesal, bertaubat, memohon ampunan, merendahkan diri, kembali kepada Allah, merasa hina dan hancur hatinya di hadapan-Nya, dan dia pun melakukan banyak amal untuk menebus dosanya itu, sehingga hal itu menjadi sebab rahmat bagi dirinya. Sebaliknya hamba yang lain ada yang berbuat kebaikan lalu kebaikannya itu selalu dia ingat, dia ungkit-ungkit, dia lihat terus, dan dia hitung-hitung di hadapan Rabbnya dan hamba-hamba-Nya, serta dia sombongkan, dan dia merasa heran kepada manusia kenapa mereka tidak memuliakan dan menghormatinya atas kebaikan yang telah dia lakukan itu. Jadi perkara-perkara ini terus ada pada dirinya sampai menguat pengaruh-pengaruhnya terhadapnya sehingga menyebabkan dia masuk neraka.”

Jadi tanda kebahagiaan seorang hamba adalah dengan meletakkan kebaikan-kebaikannya di belakang punggungnya, sedangkan keburukan-keburukannya dia letakkan di depan matanya.

Sedangkan tanda kesengsaraan seorang hamba adalah dengan meletakkan kebaikan-kebaikannya di depan matanya, dan keburukan-keburukannya dia letakkan di belakang punggungnya.

Hanya kepada Allah saja kita memohon pertolongan.

Sumber artikel: Miftaah Daaris Sa’aadah, II/294-295

Alih bahasa: Abu Almass
Rabu, 15 Dzulqa’dah 1435 H

© 1445 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.
Enable Notifications OK No thanks