Menisbahkan Sesuatu Kepada ‘Ulama, Demi Menjatuhkan Kredibilitas Pihak Lain (Bagian Ke 2)

 

menisbahkan sesuatu-bag2MENISBAHKAN SESUATU KEPADA ‘ULAMA, DEMI MENJATUHKAN KREDIBILITAS PIHAK LAIN

(Studi Kejujuran Abdul Barr – tulisan kedua –)

Jika pada tulisan pertama telah kita ungkap ucapan yang dinisbahkan kepada asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i oleh ust Abdul Barr ini, yang ternyata dusta adanya.  Maka ketika mengawali tulisannya, Ustadz Abdul Barr menyebutkan sebuah kisah yang kali ini dia nisbahkan kepada asy-Syaikh ‘Abdurrahman Mar’i. Berikut penuturannya,

“Sebelum saya kembali ke tanah air tercinta, Alhamdulillah, Allah berikan taufiq kepada saya untuk menyambangi guru kami Asy Syaikh Abdur Rahman Al Adeny –hafidhohulloh. Pada kesempatan itu, beliau bertanya tentang perihal dakwah di Indonesia. Kemudian beliau bertanya kepada saya, “Siapa sekarang orang yang menggantikan posisi Ja’far Umar Thalib dalam dakwah? Maka saya katakan, “Luqman Ba’abduh ya Syaikh”. Kemudian beliau berkata :

أنا أخشى عليه وهو ليس بذاك وإندونيسيا بلدة كبيرة فيها أمة كبيرة تحتاج إلى واحد قوي يحتفون حوله

“Aku mengkhawatirkan dirinya, karena dia tidak sepantas itu, sedangkan Indonesia adalah negeri yang besar, padanya terdapat umat yang besar, membutuhkan seorang yang kuat (dalam ilmu), (untuk) kaum muslimin merujuk kepadanya.” – selesai –

Apa makna ucapan yang dinisbahkan kepada asy-Syaikh ‘Abdurrahman tersebut?

Maka ust. Abdul Barr mencoba menafsirkannya dengan tafsirannya sendiri dia mengatakan,

“Dan ternyata setelah saya pulang ke Indonesia apa yang dikhawatirkan oleh Asy Syaikh Abdur Rahman benar adanya. Ketika orang yang tidak berilmu berbicara tentang agama maka dia akan sesat lagi menyesatkan. Telah benar sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قبل الساعة سنون خداعة يكذب فيها الصادق ويصدق فيها الكاذب ويخون فيها الأمين ويؤتمن فيها
الخائن وينطق فيها الرويبضة

“Sebelum hari kiamat ada tahun-tahun pengkhianatan, orang yang jujur ketika itu didustakan, sedang pendusta dibenarkan, dan orang yang terpercaya dikhianati, sedang pengkhianat dipercaya, dan ketika itu Ar-Ruwaibidhoh pun berbicara”. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)” – selesai

Demikianlah ‘Abdul Barr menafsirkan ucapan asy-Syaikh ‘Abdurrahman yang ia nukilkan tersebut.

Ada beberapa kejanggalan dari penukilan tersebut,

  • Kapan dan di mana terjadi pertemuan tersebut?

Dalam tulisannya tersebut, ust. Abdul Barr hanya menyebutkan bahwa sebelum dia pulang ke Indonesia. Kapankah itu? Apakah yang dia maksud sebelum kepulangannya dari Dammaj dulu? Berarti pertemuan tersebut sudah sangat lama. Yang berarti penilaian tersebut adalah penilaian yang sudah sangat lama.

Sementara kita semua tahu, bahwa pada tahun 2007 lalu asy-Syaikh ‘Abdurrahman dengan senang hati mau memenuhi undangan Daurah Nasional ke Indonesia, dan Nampak sekali keakraban dan ketsiqahan beliau kepada ust. luqman. Bagaimana mungkin beliau akan mau diundang oleh seorang “Ruwaibidhah” dan beliau mau tsiqah kepadanya?

Demikian pula, selama di Indonesia beliau tidak mengungkit hal tersebut sama sekali, atau menyalahkan ust. Luqman. Padahal mestinya dengan melihat kenyataan kondisi Dakwah Salafiyyah yang ada di Indonesia “versi Abdul Barr di atas”, sangat harus beliau memperingatkan ust. Luqman atau mengingatkan Salafiyyin dari bahayanya.

Ataukah justru  keadaannya memang sudah berubah? Yakni penilaian beliau yang sudah sangat lama tersebut sudah mansukh, artinya Ustadz Luqman Ba’abduh itu bukan Ruwaibidhah seperti yang dituduhkan oleh ust, Abdul bar.

Ataukah kenyataannya ucapan tersebut  memang benar-benar tidak pernah ada wujudnya alias tidak pernah diucapkan oleh Asy-Syaikh ‘Abdurrahman hafizhahullah?

  • Apakah ada bukti rekaman suara dari ucapan tersebut?

Kejanggalan berikutnya adalah, apa ada bukti dari ucapan Syaikh Abdurrahman yang beliau ucapan dalam pertemuan tersebut? berupa rekaman suara, atau saksi?

Jika tidak ada, berarti sumber berita benar-benar hanya dari ust Abdul Barr seorang. Jika demikian, bisa kah kita mempercayainya. Sementara sebuah peristiwa yang disaksikan oleh orang banyak ust. Abdul Barr berani membuat-buat cerita yang tidak ada pada kenyataannya, yakni sebagaimana apa yang dia nisbahkan pada asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i (lihat kembali tulisan pertama). Maka bagaimana dengan sebuah “pertemuan rahasia”, yang tidak ada seorang pun yang tahu kecuali ust. ‘Abdul Barr sendiri dan asy-Syaikh ‘Abdurrahman.

  • Kenapa baru sekarang Ustadz Abdul Barr baru mengungkap adanya “pertemuan rahasia” tersebut, dan kenapa ia sengaja baru mengungkap isi “pertemuan rahasia” tersebut pada masa-masa penuh fitnah seperti ini?

Ini merupakan kejanggalan berikutnya. Ya, kenapa baru diungkap sekarang? Kemana sebelumnya penilaian yang “sangat penting” ini?

Kenapa engkau baru menyampaikannya sekarang wahai ust. Abdul Barr? Kenapa sebelumnya engkau diam, yang berarti engkau rela Dakwah Salafiyyah ini dipegang oleh Ruwaibidhah?

Menjawab kejanggalan-kejanggalan tersebut, maka satu-satunya jalan adalah dengan tabayyun langsung kepada asy-Syaikh ‘Abdurrahman Mar’i.  Melalui ikhwah Indonesia para penuntut ilmu yang ada di sana, disampaikanlah penukilan tersebut kepada asy-Syaikh ‘Abdurrahman, dengan disebutkan secara jelas bahwa nama penukilnya adalah Abdul Barr.

Demi mendengar penukilan aneh yang dinisbahkan kepada dirinya tersebut, maka dengan tegas asy-Syaikh ‘Abdurrahman menyatakan pengingkarannya terhadap penukilan tersebut, dan beliau mengulang-ulangnya. Di antara yang diucapkan oleh beliau (secara makna),

والله! أنا لا أذكر، لا قليلا ولا كثيرا صدر مني هذا الكلام

بل أستطيع أن أقول : أنا ما قلت هذا!! هذا الكلام غريب جدا!! فلماذا لم يخرجه إلا الآن؟! وقل له : اتق الله!!

ولا أرتضي نشر هذا الكلام!!

Artinya,

Demi Allah! aku tidak ingat, sedikit atau pun banyak, bahwa terucap dariku pernyataan tersebut. Bahkan bisa aku katakan bahwa aku tidak mengucapkan pernyataan ini. Pernyataan tersebut sangat aneh, kenapa dia (Abdul Barr) tidak mengeluarkannya kecuali sekarang?! Katakan padanya (Abdul Barr), ‘bertaqwalah kamu kepada Allah!’ dan aku tidak ridha penyebaran pernyataan ini (yaitu yang dinisbahkan oleh Abdul Barr kepada asy-Syaikh Abdurrahman).”

Perhatikan, beliau menafikan penisbatan ucapan tersebut pada dirinya dengan bersumpah menyebut nama Allah.  Sebagai bentuk penegasan atas ketidakjujuran penukilan tersebut yang dinisbatkan kepada beliau.Lahaula wala Quwwata illa billah

Pada kesempatan yang sama, ditanyakan kepada asy-Syaikh ‘Abdurrahman tentang Ust. Luqman Ba’abduh, maka beliau menjawab,

هو قائم بدعوة وخير، عسى الله أن يتقبل

 “Dia menegakkan dakwah dan kebaikan, semoga Allah menerimanya.”

Melihat kenyataan di atas ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai faidah :

1. Abdul Barr adalah seorang yang pandai merekayasa sebuah kisah

2. Tidak jujur dalam menukil sebuah pernyataan dan menisbahkannya kepada ‘ulama.

3. Abdul Barr, sangat mirip dengan Dzulqarnain dalam sikap tala’ub (mempermainkan) salafiyyin, bahkan ulama.

Hal ini mengingatkan kita kepada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

«الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ»

“Arwah itu tentara yang berbaris. Ruh yang saling kenal, maka akan saling cenderung dan sesuai, sementara ruh yang tidak saling kenal, maka akan saling berselisih.” (al-Bukhari 3336, Muslim 2638)

Makna hadits tersebut dijelaskan oleh para ‘ulama, bahwa arwah itu akan saling menyesuaikan diri, maka arwah manusia yang baik akan condong kepada arwah lain baik pula. Sementara arwah yang jelek akan condong kepada arwah yang jelek semisalnya. Maka arwah akan berupaya saling mengenal sesuai dengan tabiatnya masing-masing. Jika sudah saling mengenal, maka yang jelek akan berkawan dengan yang jelek, sementara yang baik akan berkawan dengan yang baik. Jika arwah tersebut menemui arwah lainnya yang tidak sama tabiat atau perangainya, maka mereka akan saling berpisah. (lihat Fathul Bari, syarh hadits tersebut)

Kita juga teringat untaian nasehat seorang ayah yang bijak, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah, “Barangsiapa yang tampak darinya tala’ub wajib ditahdzir, dan hendaknya Salafiyyin waspada dari orang-orang seperti itu.” (lihat http://dammajhabibah.net)

Sampai di sini tentu akan muncul pertanyaan, kalau begitu siapa sebenarnya Ruwaibidhah? Dengan dua tulisan singkat ini saja, para pembaca insya Allah bisa menarik kesimpulan jawabannya.

Dan insya Allah, pembaca akan semakin jelas jawabannya, dengan tulisan-tulisan berikutnya.

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.