WAJIB MENTAHDZIR DENGAN MENYEBUT NAMA
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin رحمه الله
Pertanyaan: Asy-Syaikh yang mulia, seseorang terjatuh ke dalam berbagai kubangan bid’ah yang beragam di dalam buku-buku dan berbagai ucapannya. Maka apakah dipersyaratkan hujjah itu tegak atasnya untuk menyebutkan nama orang ini atau selainnya sebagai mubtadi’?
Jawaban:
Apabila orang ini ada dan manusia mengambil ilmu darinya sedangkan ia menyeru kepada bid’ahnya, maka sebuah keharusan untuk menyebutkan namanya.
Jika tidak demikian, maka tidak ada perlunya menyebutkan nama. Akan tetapi cukup dengan menyebutkan ucapannya yang ia tersesat padanya laku kita jelaskan bahwa ini adalah sesat. Sebagaimana yang barusan saya katakan: menyebutkan secara umum itu lebih baik daripada langsung menunjuk hidung seseorang.
Adapun bila engkau mendengar bahwa dia itu ada, orang-orang pergi kepadanya, dan mengambil kebid’ahan darinya, maka di sini kita katakan: menunjuk hidungnya secara langsung (terang-terangan menyebut nama) adalah wajib.
Demikian juga kalau ia memiliki buku-buku yang berisikan bid’ah-bid’ah, maka wajib mentahdzir umat dari bid’ah-bid’ahnya.
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
**********************************
وسئل الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله:
فضيلة الشيخ : رجل وقع في بدع متنوعة في كتبه وأقواله ، فهل يشترط لتسمية هذا الرجل أو غيره من الناس مبتدعا أن تقام عليه الحجة؟
الجواب:
إن كان هذا الرجل موجودا والناس يأخذون منه، وهو داعية فلا بد من ذكر اسمه، وإلا فلا حاجة لذكر اسمه بل نكتفي بذكر القول الذي ضل فيه ونبين أنه ضلال ، وكما قلت قبل قليل : إن التعميم أحسن من التعيين أما إذا سمعت أنه موجود ، وترى الناس يذهبون اليه ويأخذون منه بدعه فهنا نقول : تعيينه متعين. وكذلك لو كان له كتب تشتمل على البدع فالواجب التحذير من بدعه