TIDAK MERASA LEBIH UTAMA DAN BERJASA DIBANDINGKAN MUSLIM YANG LAIN
Siapa tidak mengenal Sa’ad bin Abi Waqqash, salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga. Beliau adalah sahabat yang pemberani, tangguh dalam bertempur, juga kaya raya. Sederet keutamaan lain masih melekat dalam diri beliau. Hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Ada satu momen ketika Sa’ad mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pernah merasa lebih utama dibandingkan sahabat Nabi yang lain. Oleh karena itu, beliau juga bertanya kepada Nabi, apakah beliau berhak mendapat bagian harta rampasan perang lebih banyak dibandingkan sebagian sahabat yang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan beliau agar jangan melupakan peran orang-orang lemah kaum muslimin. Meski mereka mungkin tidak terlihat kontribusinya secara nyata, bisa jadi pertolongan Allah turun dengan sebab shalat, doa, dan keikhlasan mereka.
Dalam hadits Shahih al-Bukhari, dinyatakan,
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: رَأَى سَعْدٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ لَهُ فَضْلًا عَلَى مَنْ دُونَهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ
Dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, Sa’ad (bin Abi Waqqash) pernah menganggap diri beliau memiliki keutamaan dibandingkan sebagian sahabat lain yang di bawah beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda, “Bukankah kalian mendapat pertolongan dan rezeki tidak lain dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian?!” (HR. al-Bukhari)
Dalam riwayat an-Nasa’i, ada tambahan lafadz:
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
“Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemah di antara mereka; yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka.”
Dalam riwayat Abdurrazzaq, secara mursal, disebutkan:
عَنْ مَكْحُولٍ، أَنَّ سَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ رَجُلًا يَكُونُ حَامِيَةَ الْقَوْمِ، وَيَدْفَعُ عَنْ أَصْحَابِهِ، أَيَكُونُ نَصِيبُهُ كَنَصِيبِ غَيْرِهِ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا ابْنَ أُمِّ سَعْدٍ، وَهَلْ تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ
Dari Mak-hul bahwasanya Sa’ad bin Abi Waqqash—semoga Allah meridhainya—berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang seseorang yang menjadi pelindung kaumnya, dia (berjuang) membela para sahabatnya; bukankah bagiannya tidak sama dengan bagian yang lain?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh beratlah yang dirasakan ibumu (celaka engkau), wahai putra Ummu Sa’ad. Bukankah kalian mendapat rezeki dan pertolongan tidak lain karena sebab orang-orang lemah di antara kalian?” (HR. Abdurrazzaq)
Ibnu Baththal rahimahullah menyatakan,
أن عبادة الضعفاء ودعاءهم أشد إخلاصًا وأكثر خشوعًا ؛ لخلاء قلوبهم من التعلق بزخرف الدنيا وزينتها وصفاء ضمائرهم مما يقطعهم عن الله فجعلوا همهم واحدًا ؛ فزكت أعمالهم ، وأجيب دعاؤهم
“Ibadah dan doa orang-orang yang lemah lebih ikhlas dan lebih khusyuk karena hati mereka lebih bersih dari ketergantungan terhadap keindahan dan perhiasan dunia. Demikian juga angan-angan mereka lebih terhindar dari hal-hal yang memutuskan hubungan mereka dengan Allah. Karena itu, tekad mereka hanya satu (fokus dalam ibadahnya, -pent.)_ dan hati mereka suci sehingga doa mereka dikabulkan.”(Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal [5/90])
Al-Muhallab berkata,
أَرَادَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ حَضَّ سَعْدٍ عَلَى التَّوَاضُعِ وَنَفْيِ الزَّهْوِ عَلَى غَيْرِهِ وَتَرْكِ احْتِقَارِ الْمُسْلِمِ فِي كُلِّ حَالَة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bermaksud menganjurkan kepada Sa’ad untuk bersikap tawadhu’, tidak merasa takabbur terhadap yang lain, dan tidak meremehkan muslim dalam setiap keadaan.” (Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani [6/89])
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyatakan,
فَأَعْلَمَهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أَن سِهَام الْمُقَاتلَة سَوَاءٌ فَإِنْ كَانَ الْقَوِيُّ يَتَرَجَّحُ بِفَضْلِ شَجَاعَتِهِ فَإِنَّ الضَّعِيفَ يَتَرَجَّحُ بِفَضْلِ دُعَائِهِ وَإِخْلَاصِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahu beliau (Sa’ad) bahwasanya bagian (harta rampasan) perang didapatkan sama. Meskipun seseorang yang kuat lebih utama dalam keberaniannya, sesungguhnya orang yang lemah lebih utama dalam doa dan keikhlasannya.” (Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani [6/89])
Abul Muzhaffar Ibnu Hubairah menjelaskan,
أن سعدًا أنما رأى الفضل له على من دونه لغنائه في الإسلام، وقوته في الجهاد، وجده في أمر الله تعالى. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: (هل تنصرون وترزقون إلا بضعفائكم؟) يعني أن الذي جعلته سببًا لفضيلتك من قوتك في أمر الله تعالى فإنما أمدك فيه، وشاركك في حصوله الفقراء والضعفاء؛ وجعلها كلمة شاملة لسعد وغيره
Sa’ad memandang bahwasanya diri beliau memiliki keutamaan dibanding yang lain karena beliau (merasa) memiliki kekayaan dalam Islam, kuat dalam berjihad, dan bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah.
Maka dari itu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun bersabda, “Bukankah kalian diberi pertolongan dan rezeki tidak lain karena sebab orang-orang lemah di antara kalian?”
Artinya, sesungguhnya sebab engkau memiliki keutamaan berupa kekuatanmu menjalankan perintah Allah ialah karena yang mendukung dan menyertaimu adalah orang-orang fakir dan lemah. Nabi menjadikan kalimat itu berlaku untuk Sa’ad dan lainnya.” (al-Ifshah ‘an Ma’ani ash-Shihhah [1/344])