SENANG APABILA SAUDARANYA MENDAPATKAN KEBAIKAN
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. no 13 Bukhari dan Muslim no 45
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan,
وحديث أنس الذي نتكلم الآن فيه يدل على أن المؤمن يسره ما يسر أخاه المؤمن، ويريد لأخيه المؤمن ما يريده لنفسه من الخير، وهذا كله إنما يأتي من كمال سلامة الصدر من الغل والغش والحسد
“Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seorang mukmin akan senang terhadap segala sesuatu yang menyenangkan saudaranya yang mukmin. Dia akan menginginkan berbagai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana dia menginginkan untuk dirinya. Ini semuanya bersumber dari hati yang selamat dari penyakit khianat, iri, dan dengki.
فإن الحسد يقتضي أن يكره الحاسد أن يفوقة أحد في خير أو يساويه فيه، لأنه يحب أن يمتاز على الناس بفضله، وينفرد بها عنهم
Sebab, penyakit hasad (iri dan dengki) akan mengajak pemiliknya untuk membenci orang yang mengungguli dia dalam kebaikan atau menyamainya. Dia ingin menjadi orang yang berbeda dengan orang lain dengan keutamaan-keutamaan yang dia miliki.
والإيمان يقتضي خلاف ذلك، وهو أن يشركه المؤمنون كلهم فيما أعطاه الله من الخير من غير أن ينقص عليه منه شيء
Adapun keimanan menuntut perkara yang bertolak belakang dengan hal tersebut. Dia justru ingin seluruh saudara-saudaranya yang beriman sama-sama mendapatkan kebaikan yang Allah subhanahu wa ta’ala telah berikan kepada dirinya, tanpa mengurangi haknya.
وقد مدح الله تعالى في كتابه من لا يريد العلو في الأرض ولا الفساد
Allah subhanahu wa ta’ala memuji hamba-Nya yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi,
تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادًاۚ
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (al-Qashash: 83)
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 217)