Renungan Tentang Rezeki & Kematian

RENUNGAN TENTANG REZEKI DAN KEMATIAN

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

فرِّغ خاطرك للهم بِمَا أُمرت بِهِ، وَلَا تشغله بِمَا ضمن لَك، فَإِن الرزق وَالْأَجَل قرينان مضمونان، فَمَا دَامَ الْأَجَل بَاقِيا كَانَ الرزق آتِيَا

Fokuslah untuk memikirkan apa yang diperintahkan kepadamu. Jangan sibuk memikirkan apa yang sudah dijamin bagimu. Sesungguhnya rezeki dan ajal adalah dua kepastian yang beriringan. Selama ajal belum tiba, rezeki akan terus ada.

وَإِذا سد عَلَيْك بِحِكْمَتِهِ طَرِيقا من طرقه، فتح لَك برحمته طَرِيقا أَنْفَع لَك مِنْه

Apabila Allah dengan hikmah-Nya menutup satu jalan rezeki untukmu, Allah akan buka jalan lain yang lebih bermanfaat dengan rahmat-Nya.

ُ، فتأمّل حَال الْجَنِين يَأْتِيهِ غذاؤه وَهُوَ الدَّم من طَرِيق وَاحِدَة، وَهُوَ السُّرَّة، فَلَمَّا خرج من بطن الْأُم، وانقطعت تِلْكَ الطَّرِيق، فتح لَهُ طَرِيقين اثْنَيْنِ، وأجرى لَهُ فيهمَا رزقا أطيب وألذ من الأول: لَبَنًا خَالِصا سائغا

Renungkanlah keadaan janin. Makanannya datang dari satu jalan, yaitu tali pusar. Ketika dia sudah lahir, hilanglah jalan rezekinya. Akan tetapi, Allah buka dua jalan rezeki lain yang lebih baik dan lezat untuknya, yaitu ASI yang mengenyangkan.

فَإِذا تمت مُدَّة الرَّضَاع، وانقطعت الطريقان بالفطام، فتح طرقاً أَرْبَعَة أكمل مِنْهَا، طعامان وشرابان، فالطعامان من الْحَيَوَان والنبات، والشرابان من الْمِيَاه والألبان وَمَا يُضَاف إِلَيْهِمَا من الْمَنَافِع والملاذ.

Apabila selesai masa persusuannya, hilanglah dua jalan rezekinya. Akan tetapi, Allah buka empat jalan rezeki yang lebih sempurna, yaitu dua makanan dan dua minuman.

Dua makanan itu adalah hewan dan tumbuhan. Adapun dua minuman itu adalah air dan susu, serta minuman lezat dan bermanfaat lain yang tergolong di dalamnya.

فَإِذا مَاتَ انْقَطَعت عَنهُ هَذِه الطّرق الْأَرْبَعَة، لكنه سُبْحَانَهُ فتح لَهُ إِن كَانَ سعيدا طرقا ثَمَانِيَة، وَهِي أَبْوَاب الْجنَّة الثَّمَانِية يدْخل من أَيهَا شَاءَ

Apabila dia meninggal, selesailah empat jalan rezekinya. Akan tetapi, jika dia termasuk orang yang berbahagia di akhirat, Allah subhanahu wa ta’ala akan buka delapan jalan rezeki untuknya, yaitu delapan pintu surga yang bisa dia masuki dari mana pun.

فَهَكَذَا الرب سُبْحَانَهُ لَا يمْنَع عَبده الْمُؤمن شَيْئا من الدُّنْيَا إِلَّا ويؤتيه أفضل مِنْهُ وأنفع لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِك لغير الْمُؤمن، فَإِنَّهُ يمنعهُ الْحَظ الْأَدْنَى الخسيس، وَلَا يرضى لَهُ بِه،ِ ليعطيَه الْحَظ الْأَعْلَى النفيس

Demikianlah, tidaklah Allah subhanahu wa ta’ala halangi seorang mukmin untuk mendapatkan suatu kenikmatan dunia, melainkan untuk memberi sesuatu yang lebih mulia dan bermanfaat untuknya.

Hal ini tidak Allah berikan kepada selain orang mukmin.

Allah menghalangi dan tidak ridha hamba-Nya mendapat sesuatu yang rendah dan hina, dalam rangka untuk memberinya sesuatu yang lebih tinggi dan berharga.

وَالْعَبْد لجهله بمصالح نَفسه، وجهله بكرم ربه وحكمته ولطفه، لَا يعرف التَّفَاوُت بَين مَا منع مِنْهُ، وَبَين مَا ذخر لَهُ، بل هُوَ مولع بحب العاجل وَإِن كَانَ دنيئا، وبقلة الرَّغْبَة فِي الآجل وَإِن كَانَ علياً

Seorang hamba, karena kebodohannya akan maslahat dirinya; kemuliaan, hikmah dan kelembutan-Nya; dia tidak tahu perbandingan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya dengan sesuatu yang disimpan untuknya.

Bahkan, dia lebih senang dengan kenikmatan yang bersifat segera meskipun rendah. Dia tidak berhasrat terhadap kenikmatan yang bersifat ditunda meskipun lebih tinggi nilainya.

، وَلَو أنصف العَبْد ربه وأنى لَهُ بذلك، لعلم أَن فَضله عَلَيْهِ فِيمَا مَنعه من الدُّنْيَا ولذاتها وَنَعِيمهَا أعظم من فَضله عَلَيْهِ فِيمَا آتَاهُ من ذَلِك

Kalau seorang hamba mau jujur kepada Rabb-Nya–betapa jauh akan hal itu–, niscaya dia akan mengetahui bahwa karunia Allah kepadanya dengan menghalanginya mendapat kelezatan dunia, lebih besar dari karunia-Nya dengan dunia yang diberikan kepadanya.

فَمَا مَنعه إِلَّا ليعطيه وَلَا ابتلاه إِلَّا ليعافيه، وَلَا امتحنه إِلَّا ليصافيه، وَلَا أَمَاتَهُ إِلَّا ليحييه، وَلَا أخرجه إِلَى هَذِه الدَّار إِلَّا ليتأهب مِنْهَا للقدوم عَلَيْهِ، وليسلك الطَّرِيق الموصلة إِلَيْهِ، فَ”جعل اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شكُورًا”، “وأبى الظَّالِمُونَ إِلَّا كُفُوراً” وَالله الْمُسْتَعَان

Tidaklah Allah menghalangi suatu pemberian kepada hamba melainkan untuk memberikan yang lebih baik baginya.

Tidaklah Allah memberi ujian untuknya melainkan untuk menyelamatkan dan membersihkan dirinya.

Tidaklah Allah mematikannya melainkan untuk memberi kehidupan yang lebih baik untuknya.

Tidaklah Allah mengantarkan dia ke negeri akhirat melainkan agar dia bersiap-siap untuk mendatanginya dan menempuh jalan ke sana.

“Allah jadikan malam dan siang silih berganti bagi siapa pun yang hendak mengingat dan bersyukur kepada-Nya.” (Al-Furqan: 62)

“Tidaklah orang-orang zalim mau memilih selain kekafiran.” (Al-Isra’: 99)

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

Al-Fawaid, hlm. 79–80

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.