Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ؟
“Apa pendapat kalian apabila di depan pintu rumah kalian ada sungai (yang jernih) dan kalian mandi di sungai tersebut lima kali sehari, apakah masih tersisa adanya kotoran (pada tubuh)?”
Para sahabat menjawab,
لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَىْءٌ
“Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا
“Demikianlah permisalan shalat lima waktu. Allah menghapus dosa-dosa dengan sebab shalat-shalat tersebut.”
(HR. Muslim no. 667, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)