Perasaan Seorang Suami Yang Ditinggal Istrinya Yang Shalihah

Perasaan Suami Ditinggal Istri ShalihahPERASAAN SEORANG SUAMI YANG DITINGGAL ISTRINYA YANG SHALIHAH 

Al-Akh Abu Abdil Ahad Amin As-Sunny hafizhahullah

Anak bibi dari pihak ayah saya yang bernama Hisyam ketika istrinya wafat beberapa hari yang lalu, dia mengatakan:

إِنَّ الْحَمْد للهِ نَحْمَدُهُ  وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُروْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran:102)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِيْ تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالأَ رْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Dia menciptakan isterinya, dan dari keduanya Dia memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan jagalah hubungan silaturrahmi, sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian.” (QS. An-Nisaa’: 1)

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Amma ba’du:

Sesungguhnya air mata benar-benar bercucuran, hati benar-benar sedih, dan kami –wahai penyejuk mataku– benar-benar berduka karena perpisahan denganmu. Hanya milik Allah apa yang Dia ambil dan hanya milik-Nya apa yang Dia berikan, dan segala sesuatu telah Allah tentukan ajalnya di sisi-Nya. Maka bersabarlah dan harapkanlah pahala di sisi Allah.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ، وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا.

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepada atas musibahku ini dan gantilah untukku yang lebih baik darinya.”

Maka tidak ada yang kami lakukan selain sabar dan berdoa, karena Allah berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ.
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan shalawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat hidayah.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Ummu Salamah radhiyallahu anha pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ، فَيَقُوْلُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اللهُمَّ أْجُرْنِيْ فِي مُصِيْبَتِيْ، وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَجَرَهُ اللهُ فِيْ مُصِيْبَتِهِ، وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا.

“Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu dia mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepada atas musibahku ini dan gantilah untukku yang lebih baik darinya.’ Kecuali Allah akan memberinya pahala atas musibahnya dan mengganti yang lebih bagi dibandingkan musibahnya itu.”

Lalu Ummu Salamah berkata: “Ketika Abu Salamah meninggal maka saya mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi was sallam kepadaku, lalu Allah pun menggantikan untukku yang lebih baik darinya, yaitu dengan Rasulullah shallallahu alaihi was sallam menikahiku.” (HR. Muslim no. 918)

Seandainya bukan karena hadits ini, tentu saya katakan bahwa saya tidak akan mendapatkan istri yang semisal dengannya, apalagi yang lebih baik darinya.

Atas musibah ini saya ingin menasehati ikhwah yang telah menikah dan akan menikah; hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dalam urusan istri-istri mereka. Hal berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ.

“Yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap istriku.” (Lihat: Silsilah Ash-Shahihah no. 285 –pent)

Saya wasiatkan kepada mereka agar mereka benar-benar mengetahui betapa besar nikmat yang mereka dapatkan, karena sebuah kenikmatan tidak akan diketahui seberapa besar kadarnya kecuali jika nikmat tersebut dicabut. Kita memohon keselamatan dan kecukupan kepada Allah.

Ketika istri yang merupakan penyejuk mata saya wafat, saya baru mengetahui betapa berharganya dia bagiku. Dan demi Allah, saya tidak mampu untuk menggambarkan kepada kalian apa yang saya rasakan ketika saya meletakkan jenazahnya di kuburan dan menimbunnya dengan tanah.

Dia adalah istri saya yang kemarin mengatakan kepada saya sambil tersenyum: “Demi Allah, saya benar-benar mencintai dirimu, wahai suamiku.”

Hanya saja Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ.

Dan setiap umat memiliki ajal, sehingga jika telah datang ajal mereka maka mereka tidak akan mampu mengundurkannya dan tidak pula memajukannya walaupun sesaat.” (QS. Al-A’raf: 34)

Dia adalah sebaik-baik istri yang jika saya suruh maka dia mentaati saya selama dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, dan jika saya melarangnya dari sesuatu maka dia pun meninggalkannya. Dia juga membantu melayani ibu dan ayah saya, semoga Allah menjaga keduanya dan memanjangkan umur mereka dalam ketaatan kepada Allah.

Semoga Allah merahmatinya, dia biasanya duduk di hadapan saya sekian lama sambil menyuapiku dengan tangannya, dan setiap kali saya melihatnya maka saya pun selalu menjumpainya tersenyum. Dia tidak hanya berperan sebagai seorang istri saja, tetapi dia juga seorang ibu bagi anak-anak saya, sebagai saudara perempuan terhadap saudara-saudara saya, sebagai istri, dan sebagai anak perempuan terhadap kedua orang tua saya. Subhanallah, saya dikaruniai kecintaan kepadanya.

Ya Allah, aku mempersaksikan kepada-Mu bahwa dia adalah seorang istri yang shalihah bagiku, aku ridha kepadanya, jika dia pernah salah maka aku telah memaafkannya, dan jika dia memiliki hutang maka aku yang menanggungnya. Engkau yang menghisab amalnya dan aku tidak mensucikan seorang pun di sisi-Mu.

Ya ikhwah, siapa saja yang memiliki istri maka hendaklah dia memuliakannya dan mempergaulinya seperti yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi was sallam terhadap para istri beliau yang mereka telah Allah ridhai. Sebelum kenikmatan berupa istri ini hilang, maka hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab! Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu. Bersikaplah yang lembut terhadap mereka dan jangan bersikap kasar kepada mereka! Karena Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ.

“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan itu dicabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk.” (HR. Muslim no. 2594)

Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar merahmati istri dan penyejuk mata saya, mengampuninya, memaafkannya, memasukkannya ke golongan orang-orang yang mati syahid (dia meninggalkan karena persalinan kembar –pent), mengumpulkannya bersama kedua putranya yang belum pernah dia lihat sama sekali, mengumpulkannya bersama Nabi shallallahu alaihi was sallam dan para istri beliau di syurga Firdaus, dan semoga Allah juga menyatukan saya dengan mereka di syurga. Allahumma aamiin…

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Ya Allah, berikanlah kesabaran kepada saudaraku Hisyam, rahmatilah istrinya dengan rahmat yang luas dan ampunilah dia.

Sumber artikel:
http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=53246

Selasa, 21 Dzulqa’dah 1435 H

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.
Enable Notifications OK No thanks