PENJELASAN PENTING DARI SYAIKH ABU MUHAMMAD SHALLAH KENTUSY

INI MERUPAKAN KLARIFIKASI BAGI MANUSIA

Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam selalu terlimpah kepada Nabi yang tidak ada nabi lagi setelahnya.

Amma ba’du:

Telah tersebar di berbagai media hubung sosial bahwa kami telah masuk ke markiz Fuyuz secara paksa dan ingin menduduki markiz tersebut. Maka kami meneror para wanita, anak-anak, orang tua, dan para penuntut ilmu. Tidak hanya sampai di situ, bahkan kami (dituduh) telah mengambil alih keimamahan shalat dengan kekuatan, naik mimbar, lantas berbicara dengan menggunakan kekuatan. Kalau seandainya bukan karena pengurus markiz yang bersikap hikmah, niscaya telah terjadi pertumpahan darah ketika itu karena kesemuanya menenteng senjata. Dan bahwasanya wanita hamil, telah kami gugurkan kandungannya dan anak-anak kecil telah tertimpa sakit kuning, semua itu dikarenakan pelepasan tembakan di wilayah udara markiz Fuyuz. Serta selain itu dari berbagai rekayasa dusta dan kepalsuan terhadap hakekat sesungguhnya. Wallahul musta’an.

Oleh karena itu, sebagai klarifikasi atas pemalsuan, isu yang dibesar-besarkan, dan kengerian-kengerian ini, saya menulis klarifikasi ini. Dengan memohon taufik dari Allah, saya katakan:

Perkara pertama: Semua tahu bahwa masyarakat Yaman apabila bergembira, maka kami melepaskan tembakan ke udara karena rasa senang ini. Dan seringkali sebagian kita berlebih-lebihan melakukannya sampai pada tingkatan israf (pemborosan). Dan ini tidak tersembunyi lagi bagi seorang pun. Melepaskan tembakan ke udara terjadi tidak hanya di satu kota atau provinsi meskipun saya mengingkari pemborosan yang terjadi di dalamnya.

Saya teringat guru kami, asy-Syaikh Muqbil rahimahullah setelah kegiatan yang beliau laksanakan di Hudaidah, beliau datang sedangkan para pelajar tengah melepaskan tembakan dengan derasnya,  maka beliau pun mengingkari mereka mutlak karena pemborosan yang timbul dan tidak mencelanya (karena pelepasan tembakan tersebut). Sehingga kenapa banyaknya kengerian dengan pelepasan tembakan? Karena untuk melepaskan kegembiraan dan rasa senang atas terusirnya orang-orang kafir yang najis.

Dan sungguh ketika Allah menganugerahkan kepada kita untuk dapat membersihkan negeri ini dari noda-noda majus, maka kebanyakan manusia mengekspresikan rasa suka cita mereka atas pertolongan yang besar ini dengan melepaskan berbagai tembakan dari alat-alat Emirat yang digunakan untuk mengusir majusi rafidhah dari negeri kami. Dan saya tidaklah mengkingkari hal itu kecuali pemborosan orang-orang awam dari pasukan perlawanan rakyat yang diberkahi dalam melepaskan tembakan-tembakan yang dikhawatirkan oleh sebagian orang. Dan ini termasuk bagian dari sikap inshaf (pertengahan). Akan tetapi tuduhan bahwa para wanita telah keguguran kandungannya dan selain itu dari apa yang telah lalu, maka sungguh sedikitpun tidak ada yang terjadi.

Wallahul musta’an.

Perkara kedua: Tuduhan bahwa kami masuk markiz Fuyuz dengan paksa dan menampakkan bahwa kami ingin menguasai keimamahan manusia dan naik ke mimbarnya menggunakan kekuatan, maka ini demi Allah tidaklah benar, bahkan murni kedustaan. Dan Allah yang menjadi saksi bahwa apa yang terjadi telah disimpangkan dan laknat Allah atas orang-orang yang berdusta.

Al-akh yang mengumandangkan iqamah shalat, setelah menegakkan iqamah beliau memberikan isyarat kepadaku untuk maju (mengimami shalat), maka saya menoleh ke kanan dan kiri barulah saya maju.

Tiba-tiba ada orang awam yang tidak saya kenal menenteng senjata berkata kepadaku: “Kamu jangan mengimami shalat, ini markiz milik ahlus sunnah.”

Saya katakan: “Saya mohon maaf, silahkan anda imam?”

Maka al-akh Husain al-Jaufi menyelanya seraya berkata: “Saya yang akan mengimami shalat.”

Sehingga terjadi penundaan dan sedikit kegaduhan serta angkat suara antara pihak yang setuju dan yang kontra. Sedangkan saya tetap berada di shaf di belakang imam. Lalu al-Jaufi pun mengimami kami shalat.

Dan setelah kami menyempurnakan shalat, saya berkata kepada al-Jaufi, “Apakah engkau mengizinkanku untuk menyampaikan sepatah kata?”

Ia berkata: “Saya yang akan berbicara.”

Saya katakan: “Ada sepatah kata yang ingin saya sampaikan yang akan membuatmu senang dan gembira.”

Namun ia tetap berkata, “Saya yang akan berbicara.”

Maka saya katakan, “Baik kalau begitu, saya akan berbicara setelahmu.”

Kemudian ia pun berbicara, memuji negeri Haramain atas kerja kerasnya dalam mengusir orang-orang yang mereka namakan dengan pemberontak. Dan ia menyampaikan ucapan yang baik.

Setelah selesai, saya pun berdiri menyampaikan sepatah kata. Saya berterima kasih kepada al-Jaufi atas untaian kalimat yang disampaikannya, lalu saya mulai dengan menyebutkan bahwa markiz ini tegak dengan kerja keras para ulama kibar dan bantuan mereka, sebagai penjelas bahwa selain mereka dahulu mensifatinya dengan hizbiyyah dan markiz pedagang, disebut oleh Hajuri dan berakhir sampai pada apa yang dibuat oleh Abul Hasan al-Mishri dengan dakwah. Kemudian saya mengajukan udzur atas sikap berlebih-lebihan (israf) dalam melepaskan tembakan dan saya katakan: “Siapa yang tertimpa mudharat karenanya, maka sungguh kami menyesalkan hal itu dan siap bertanggung jawab penuh atas terjadinya kesalahan ini. Kemudian saya menyeru untuk meninggalkan perselisihan dan menyatukan kata serta meninggalkan perpecahan dengan cepat kembali kepada sunnah.

Kemudian saya membantah pendalilan sebagian saudara kami bahwa Nabi ketika masuk Mekkah beliau menundukkan kepalanya, maka saya katakan tentang pendalilan ini salah dari dua sisi:

Pertama: Nabi shallallahu ‘alaihi was salam masuk ke kota Mekkah yang ketika itu adalah negeri kufur, maka apakah benar bila Fuyuz juga demikian?

Kedua: Nabi shallallahu ‘alaihi was salam memasukinya dengan paksa menggunakan kekuatan, maka apakah masuknya kami ke Fuyuz juga demikian? Atau karena rasa suka cita atas kembalinya negeri ini ke dalam ikatan sunnah setelah sebelumnya berada di bawah hukum majus rafidhah, maka perhatikanlah.

Perkara ketiga: Mereka menyangka bahwa saya mencela ‘Abdurrahman Mar’i dan mengumpatnya dari sisi yang tersembunyi. Ini adalah murni kedustaan, bahkan saya tidak menyinggungnya, tidak dari dekat, tidak juga dari jauh. Bahkan saya menutup kalimatku dengan memanjatkan do’a untuk menyatukan kata dan membuang semua sebab-sebab perselisihan, dan orang-orang pun mengaminkannya, di antara mereka adalah saudara kami Husain al-Jaufi yang menjadi imam dan al-akh Muradu al-Lahji. Dan inilah saksi-saksiku atas kebenaran setiap kata-kata yang saya tulis. Bertanyalah kepada keduanya karena keduanya tsiqah dan jujur berdasarkan pengetahuanku. Dan Allah sebagai saksi atas apa yang saya ucapankan.

Setelah selesai menyampaikan beberapa kalimatku, semakin banyak orang-orang yang memelukku dan al-akh imam Husain al-Jaufi mengundangku untuk makan malam, namun saya meminta udzur karena kesibukan kami dan saya katakan: “Lain kali insya Allah.”

Kemudian saya mengunjungi Fuyuz di hari berikutnya dan menanyakan  kepada saudara kami Murad tentang terjadinya mudharat (musibah) itu, maka beliau mengatakan “Tidak ada mudharat (musibah) yang terjadi,” dan bertanyalah kepadanya tentang hal itu.

Dan terakhir saya katakan sebagai teguran atas orang-orang yang mendengar dari satu telinga agar bertakwa kepada Allah dalam perkara kehormatan saudaranya dan hendaklah ia melakukan tatsabut (kroscek) dalam menukil. Dan barang siapa menginginkan tatsabut tentang apa yang saya tulis, maka silahkan ia menghubungi Murad al-Lahji dan al-akh Husain al-Jaufi yang mengimami kami shalat. Dan Allah sebagai saksi atas ucapanku ini dan Allah (maha mengetahui) di balik setiap tujuan.

Ditulis oleh Abu Muhammad Shallah Kentusy
Kamis, 20 Syawwal 1436 H

Sumber: Majmu’al Al Barokaah Ma’a Akaabirikum

* Alih bahasa: Syabab Forum Salafy

——-

هذا بيان للناس

الحمد لله وحده وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده أما بعد:
فقد انتشر في وسائل التواصل الاجتماعي أنا دخلنا مركز الفيوش عنوة ومرادنا احتلال المركز فأرعبنا النساء والأطفال والشيوخ وطلاب العلم، وليس هذا فحسب بل وتسلطنا على إمامة الناس بالقوة واعتلينا المنبر وتكلمنا بالقوة، ولو لا أن القائمين على المركز استعملوا الحكمة لسالت الدماء لأن الجميع كان مسلحاً وأن النساء الحوامل قد أسقطنا حملهن وأن الصغار قد أصيبوا بمرض صفار الكبد، كل ذلك بسبب إطلاق الرصاص في أجواء مركز الفيوش، إلى غير ذلك من الافتراء والتزييف للحقائق والله المستعان.
فبياناً لهذا التزييف والتضخيم والتهويل أكتب هذا البيان فأقول بالله التوفيق:

الأمر الأول: يعلم الجميع أن معاشر أهل اليمن إذا ما فرحنا أطلقنا الرصاص لهذا الفرح في الجو، وربما بالغ بعضنا في ذلك مبالغة تصل إلى الاسراف، وهذا مما لا يخفى على أحد وقد وقع في غير مدينة ومديرية رمي الرصاص وإن كنت أنكر الاسراف فيه.
وأتذكر أن شيخنا مقبلاً رحمه الله لما عافاه الله بعد عملية أجراها في الحديدة جاء ورمى الطلاب الرصاص بكثافة وأنكر عليهم مطلق الاسراف لا غير ولم يعنفهم، فعلى ماذا كثرة التهويل برصاص أطلق فرحاً وسروراً بخروج الكفرة الأنجاس.
وإنه لما من الله علينا بتطهير بلادنا من درن المجوس عبر الكثير من الناس عن فرحتهم بهذا النصر الكبير برمي الرصاص من الآليات الاماراتية التي استعملت في طرد المجوس الرافضة من أرضنا ولست أنكر من ذلك إلا إسراف عوام المقاومة الشعبية المباركة في رميهم الرصاص مما أخاف بعض الناس وهذا من باب الإنصاف لكن دعوى أن النساء قد أضهجن حملهن وغير ذلك مما تقدم فإن شيء من ذلك لم يكن والله المستعان.

الأمر الثاني: دعوى أنا دخلنا مركز الفيوش عنوة وظهر أنا نريد التسلط على إمامة الناس واعتلاء منبره بالقوة فهذا والله ليس بصحيح بل هو من محض الكذب ويشهد الله تعالى أن الذي حصل بالحرف ولعنة الله على الكاذبين أن الأخ الذي أقام الصلاة بعد أن أقامها أشار إلى بالتقدم فالتفت يمينا ويسار فتقدمت، فإذا برجل من العوام لا أعرفه مدجج السلاح يقول لي: لا تصل بالناس، هذا المركز لأهل السنة! فقلت: معذرة أنت الإمام؟ فقاطعه الأخ حسين الجوفي وقال: أنا أصلي بالناس. فتأخر وحصل شيء من اللغط ورفع الأصوات بين مؤيد ومخالف، وبقيت في الصف خلف الإمام وصلى بنا الجوفي وبعد أن أتممنا الصلاة قلت للجوفي أتأذن لي بكلمة فقال: أنا سأتكلم فقلت عندي كلمة ستعجبك وتفرحك فقال أنا سأتكلم. فقلت: خيرا إذن أتكلم بعدك. فتكلم وأثنى على بلاد الحرمين على ما قامت به من الجهود في طرد من سماهم بغاة، وكانت كلمة طيبة. بعد الكلام قمت أنا وتكلمت بكلمة شكرت فيها الجوفي على كلمته وابتدأت بذكر أن هذا المركز قام بجهود كبار علماء الأمة وأيدوا قيامه بينا أن غيرهم كانوا يصفونه بالحزبية والمركز التجاري وسميت الحجوري وعرجت على ما صنعه أبو الحسن المصري بالدعوة ثم قدمت بالغ الاعتذار  من الاسراف في رمي الرصاص وقلت من حصل عليه أي ضرر فإنا آسفون ومستعدون لأن نتحمل كامل المسؤلية لقاء هذا الخطأ ثم دعوت إلى نبذ الخلاف وجمع الكلمة وترك الشقاق بالعودة السريعة إلى السنة.
ثم رددت على استدلال بعض إخواننا بأن النبي دخل مكة مطأطأ الرأس قلت في هذا الاستدلال خطأ من وجهين:

الوجه الأول: أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل مكة وقد كانت دار كفر فهل يصح أن تكون الفيوش كذلك.
الوجه الثاني: أن النبي صلى الله عليه وسلم دخلها عنوة بالقوة فهل كان دخولنا إلى الفيوش كذلك أم كان فرحاً بعودة البلاد إلى ربقة السنة بعد أن كانت تحت حكم المجوس الرافضة تأمل.

الأمر الثالث: أنهم زعموا أني لمزت في عبد الرحمن مرعي وطعنته من طرف خفي، وهذا كلام من محض الكذب بل إني لم أتعرض لذكر عبد الرحمن لا من قريب ولا من بعيد، بل إني ختمت كلمتي بالدعاء  بجمع الكلمة ونبذ أسباب الخلاف والناس يؤمنون بمن فيهم أخونا حسين الجوفي الإمام والأخ مراد اللحجي وهذا شهودي على صدق كل كلمة كتبتها فاسألوهما فإنهما ثقتان أمينان فيما أحسبهما والله على ما أقول شهيد.
ولما أتممت كلمتي تكاثر علي المعانقون ودعاني الأخ الإمام حسين الجوفي للعشاء فاعتذرت لانشغالنا وقلت: في مرة أخرى إن شاء الله.
ثم إني زرت الفيوش في اليوم التالي وسألت أخانا مرادا عن وقوع أي ضرر فقال لم يحصل من ذلك شيء واسألوه عن ذلك.
وأخيراً أقول معاتباً من يسمع من أذن واحدة أن يتقي الله في أعراض إخوانه وأن يتثبت في النقل، ومن أراد التثبت مما كتبت فعليه بمراد اللحجي والأخ حسين الجوفي الذي صلى بنا، والله على ما أقول شهيد والله من وراء القصد.

كتبه أبو محمد صلاح كنتوش
الخميس ٢٠ شوال١٤٣٦ه‍

المصدر : مجموعة البركة مع أكابركم

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.
Enable Notifications OK No thanks