Penghalang Hidayah

Penghalang HidayahPENGHALANG HIDAYAH

Ditulis oleh: Al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah

Penjelasan tentang penghalang hidayah bisa kita gali dari sejarah kaum para nabi dan rasul yang tidak mau beriman dan menolak ajakan bertauhid. Ada beberapa sebab yang menghalangi mereka menerima hidayah. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Taklid buta dan fanatik kepada adat nenek moyang.

Ini adalah penghalang terbesar dan argumentasi kuno seluruh orang kafir dari dahulu sampai akhir zaman. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (az-Zukhruf: 23)

Lafadz ﭗ (negeri) dan ﭙ (pemberi peringatan) pada ayat di atas bentuknya nakirah (نَكِرَةٌ) dan terletak setelah konteks نَفْيٌ (peniadaan). Menurut kaidah ushul, mengandung makna umum, mencakup semua negeri dari masa ke masa dan semua pemberi peringatan dari zaman ke zaman.

Asy-Syaikh as-Sa’di Rahimahullah menegaskan, “Argumentasi kaum musyrikin yang sesat dengan taklid kepada bapak-bapak mereka yang sesat juga, tidaklah bermaksud mengikuti kebenaran dan petunjuk. Itu adalah fanatisme semata untuk membela kebatilan mereka.” (Taisir al-Karim ar-Rahman)

2. Menolak hidayah karena pengikutnya sedikit, sedangkan pengikut kebatilan banyak jumlahnya dari segi harta, anak, maupun jumlah massa.

Ini juga salah satu sebab terbesar yang menghalangi hidayah. Cermatilah ayat berikut ini.

Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” Dan mereka berkata, “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” (Saba: 34—35)

Perhatikan pula ucapan kaum Nabi Shalih ‘alaihissalam kepada beliau dalam ayat berikut ini.

“Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia saja di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.” (al-Qamar: 24)

Simak juga ucapan Fir’aun kepada kaumnya tentang Nabi Musa ‘alaihissalam dan kaum beliau dalam ayat berikut.

(Fir’aun berkata), “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil.” (asy-Syu’ara: 54)

Semua ucapan di atas bertujuan menolak kebenaran dan hidayah.

3. Menolak hidayah karena pengikutnya adalah orang-orang lemah dan jelata, sedangkan pengikut kebatilan adalah orang-orang terpandang, kuat, dan ningrat.

Inilah yang menghalangi kaum Nabi Nuh dari hidayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an:

Mereka berkata, “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” (asy-Syu’ara: 111)

Kaum Nuh ‘alaihissalam juga mengatakan sebagaimana dalam ayat:

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat kamu melainkan seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (Hud: 27)

Orang-orang kafir Quraisy juga memiliki alasan serupa untuk menolak hidayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, “Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?” (Maryam: 73)

Sebab-sebab penghalang hidayah yang lain masih banyak, bisa ditelaah dalam kitab Masail al-Jahiliyah karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi Rahimahullah.

Meskipun ayat-ayat di atas berbicara tentang kaum-kaum terdahulu, namun lafadz-lafadznya umum, mencakup siapa pun yang memiliki perangai serupa hingga hari penghabisan. Selain itu, ayat-ayat di atas disebutkan dalam Al-Qur’an untuk diambil ibrah bagi umat sekarang.
Di samping itu, ada pula sebab-sebab penghalang hidayah yang tidak diambil dari sejarah umat terdahulu. Orang yang mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an akan menemukan banyak sebab lain. Silakan periksa ayat-ayat yang menyebutkan lafadz هُدًى, يَهْدِي, يَهْتَدِي, يَهِدِّي, مُهْتَدُونَ, dan pecahan-pecahan katanya.

Wallahul muwaffiq.

Sumer: Majalah Asy Syariah

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.
Enable Notifications OK No thanks