Pelajaran Dari Sebuah Kisah

Pelajarandarissebuahkisah1

PELAJARAN DARI SEBUAH KISAH

Syaikh kami Abu Muhammad sholah kentusy -hafizahullah wa ro’aah- di salah satu dars ushul alfiqhnya  dalam pembahasan “ijma'”(kesepakatan ulama mujtahidin setelah meninggalnya rosulullah) menyebutkan sebuah kisah -yang mudah mudahan kita bisa mengambil beberapa pelajaran darinya-, kisahnya sebagai berikut:

Asy syaikh alallamah muqbil bin hady -rohimahullah- di salah satu durus ‘aamah di tanya oleh salah seorang hadirin dalam majlis tersebut tentang hukum sebuah permasalahan fiqhiyah, lalu beliau menjawab: hukum permasalahan ini begini dan begini. Dan hadir juga di majlis itu syaikhuna abu abdillah abdurrahman al’adeny -hafizahullah- beliau mengangkat tangan dan dengan penuh adab beliau berkata: ya syaikh.. fulan bin fulan dari kalangan aimmah menukilkan IJMA’ dalam kitab fulany bahwa hukum dari permasalahan yg ditanyakan tadi kebalikan dari yang anda sebutkan…
Maka asy syaikh muqbil disaat itu juga mengatakan : astagfirullah.. arji’… arji’… (saya ruju’.. saya ruju’..).selesai penukilan dari abu muhammad sholah kentusy.

Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah diatas diantaranya:

1. Ijma’ adalah hujjah dan termasuk salahsatu dari dalil dalil syar’iyyah. Diantara dalil yang menunjukkan bahwa ijma adalah hujjah adalah hadits

((لا تجتمع أمتي على ضلالة))

“Umatku tidak akan bersepakat diatas kesesatan”

Kalau mustahil umat ini (yaitu ulamanya) menyepakati kesesatan, maka menunjukkan apa yang mereka sepakati adalah haq dan hujjah.

2. BERSEGERA UNTUK KEMBALI KEPADA ALHAQ KETIKA MENGETAHUINYA DAN MENERIMANYA DAN TIDAK MEMANDANG DARI MANA DATANGNYA ALHAQ TERSEBUT.

apakah itu datangnya dari gurunya atau muridnya,dari temannya atau rivalnya, bahkan dari syaithon, alhaq lebih berhak untuk diikuti. Tapi perlu dibedakan antara MENERIMA alhaq dengan MENGAMBIL/MENCARI alhaq,klo terbukti itu adalah alhaq maka wajib kita menerimanya dari siapapun datangnya, tapi kalau dalam bab mengambil/mencari alhaq maka tidak boleh kita mencari/mempelajari alhaq kecuali dari ahlinya yang terpercaya yaitu alhul ilmi dari ahlussunnah tidak boleh mencari alhaq dari ahlul bida’ wadh dholal.

3.pembinaan dan bimbingan ulama terhadap murid muridnya secara khusus dan kepada kaum muslimin keumumannya untuk tidak taklid(fanatik) buta dan taashshub terhadap dirinya dan tidak segan untuk menegur apabila didapati kesalahan tentunya dengan tetap menjaga adab dan rasa hormat terhadap mereka.

4. BUKAN SUATU AIB SESEORANG MENGAKUI KESALAHAN DAN KEMBALI KEPADA KEBENARAN BAHKAN MERUPAKAN BENTUK RIF’AH DAN KEMULIAAN JIKA DILAKUKAN DENGAN JUJUR DAN PENUH KEIKHLASAN

Semoga kita dapat mengambil ibroh dari kisah yang singkat ini

Akhukum fillah : afif abul aliyah alatsary

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.