APA NASEHAT ANDA BAGI ORANG YANG HANYA MENGAKU-NGAKU SEBAGAI SALAFY
[ PERTANYAAN KEDELAPAN ]
Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah
Penanya: Apa nasehat Anda bagi para pemuda yang terpengaruh dengan slogan-slogan kosong dan aqidah serta sikap mereka tidak bersandar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta manhaj Salaf. Anda menjumpai sikap-sikap mereka berupa menolak berbuat atau slogan-slogan kosong yang tidak berdasarkan ilmu. Misalnya di tengah-tengah kami ada orang-orang yang lari dari manhaj Hadadiyah namun terjatuh pada sikap lembek. Sebaliknya yang lain ada yang lari dari sikap lembek namun terjatuh pada manhaj Hadadiyah. Sedangkan yang lainnya ada orang-orang yang suka mengulang-ulang sikap hikmah dan lembut, namun mereka tidak meletakkannya pada tempatnya yang tepat, dan hal ini nampak jelas dari tindakan-tindakan mereka dengan mereka tidak menyukai sikap keras dan hajr, walaupun cara-cara yang merupakan ajaran Salaf ini diletakkan pada tempat yang semestinya disertai kelembutan dan keramahan yang mana kedua hal ini merupakan asal?
Asy-Syaikh: Seorang pemuda salafy wajib untuk memperhatikan perkara-perkara berikut:
Pertama: hendaknya engkau memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar mengokohkanmu di atas al haq, menunjukkannya kepadamu, dan memberi taufik kepadamu. Jadi jangan menyangka wahai pemuda, bahwa semata-mata dengan engkau mengaku mengikuti manhaj Salaf berarti engkau di atas kebenaran, karena di sana ada syetan-syetan dari jenis manusia dan syetan-syetan dari golongan jin serta para penyeru di atas pintu-pintu Jahannam yang mengajakmu agar engkau bersama mereka dengan cara mereka menampakkan kepadamu bahwa mereka adalah Salafiyun dan menampakkan bahwa kebenaran bersama mereka. Maka engkau jangan tertipu dengan dirimu sendiri dan merasa sebagai seorang salafy, lalu bersandar kepada pendapatmu sendiri. Jangan demikian, tetapi mohonlah kepada Allah Azza wa Jalla agar mengokohkanmu di atas al haq, menunjukkannya kepadamu, dan memberi taufik kepadamu.
Kedua: hendaklah berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta manhaj Salafus Shalih, meyakini bahwa kebenaran ada pada mereka, dan tidak keluar dari manhaj Salafus Shalih selamanya.
Ketiga: seorang pemuda salafy wajib untuk merujuk kepada para ulama besar yang dikenal salafiyahnya dan manhaj yang benar, dan manhaj mereka yang suka menasehati dan terpercaya. Hendaklah dia dekat dengan para ulama itu, merujuk kepada mereka, dan bertanya kepada mereka pada masalah-masalah, perkara-perkara besar, dan perkara-perkara yang butuh pemecahan, terlebih lagi jika perkara itu rumit baginya dan terjadi perselisihan padanya.
Keempat: Tidak boleh bagi seorang pemuda salafy untuk mengandalkan pemikirannya dan ijtihadnya pada masalah-masalah yang diperselisihkan, karena jika dia tidak memiliki ilmu yang dengannya dia bisa menjaga dirinya, maka sesungguhnya akal dan pikirannya tidak akan bisa menuntunnya kepada al haq kecuali jika Allah menghendaki. Jadi jika perkaranya ruwet maka jangan engkau berijtihad dengan pendapatmu sendiri, tetapi kembalikanlah kebenaran kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, pemahaman Salafus Shalih, dan kembalikanlah kepada yang bisa menjelaskannya kepadamu, dan mereka adalah para ulama pewaris para nabi.
Kelima: jangan sekali-kali engkau hanya bisa melontarkan slogan-slogan kosong, dan jangan sekali-kali engkau berdekatan dengan orang-orang yang suka mencela para ulama Salafiyun dengan mengatakan: “Kebenaran bersama kami, kebenaran bersama kami!” Jadi jangan sekali-kali engkau tertipu dengan orang-orang semisal mereka, karena sesungguhnya serigala itu hanya akan memangsa kambing yang meninggalkan kawanannya sendirian. Maka jangan tinggalkan kelompok yang benar dan jangan merasa kesepian walaupun orang-orang yang menempuh jalan kebenaran hanya sedikit. Jangan sampai engkau tertipu dengan sebagian penampilan yang menyilaukan, ungkapan yang nyaring dan kata-kata yang berdesing sehingga engkau digiring kepada sikap lembek dalam kebenaran atau kepada sikap berlebihan dalam kebathilan. Jadi waspadailah dua hal yang menggelincirkan dan menyimpang dari manhaj Salafus Shalih ini.
Keenam: Jika terjadi fitnah dan perselisihan diantara para pemuda, maka jangan sekali-kali engkau terburu-buru ikut-ikutan dalam perdebatan dan pertikaian tersebut, bahkan berhentilah dan tunggulah pendapat para ulama besar, berhentilah dan bertanyalah apa yang dikatakan oleh para ulama besar, berhentilah dan mohonlah kepada Allah Azza wa Jalla agar menyelematkan dirimu dari fitnah-fitnah. Karena ketika terjadi permasalahan, kami melihat banyak para pemuda terburu-buru ikut masuk dan membela pihak tertentu, terus menerus dalam kesalahan, menentang kebenaran, bersikap keras, melampaui batas, dan seterusnya. Akhirnya dia tergelincir ke dalam jurang hizbiyah atau jurang kesesatan atau penyimpangan dari manhaj Salaf. Coba datangi dan tanyailah dia: “Apa yang engkau inginkan? Apakah engkau mengharap keridhaan Allah dan Rasul-Nya dan mengharapkan kebenaran?! Ataukah engkau hanya menginginkan hawa nafsu dan membela si fulan?!
Jika engkau menginginkan kebenaran maka kebenaran diketahui dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan manhaj Salafus Shalih yang ditempuh oleh para ulama besar. Maka bersamalah mereka dan jangan mendahului mereka! Tetapi jika engkau hanya menginginkan si fulan dan fulan, maka sesungguhnya engkau akan diserahkan kepada mereka dan kepada dirimu sendiri.
Jadi waspadailah dari jalan semacam ini karena itu merupakan jalan yang sangat berbahaya dan termasuk sebab-sebab yang membahayakan yang akan menyeret para pemuda Salafaiyun kepada penyimpangan. Yaitu jika muncul permasalahan langsung tanpa menunggu pendapat para ulama besar, tidak mau merujuk kepada mereka, tidak mau bertanya kepada mereka, dan tidak mau bersikap hati-hati atau pelan-pelan. Jadi sering ketika muncul sebuah masalah dan fitnah, kita jumpai para ulama besar bersikap sabar dan memperhatikan dengan penuh kehati-hatian, namun datang kepadamu anak muda yang sudah berani berbicara, seakan-akan dia adalah Ibnu Taimiyah di zamannya. Dia menyesatkan yang ini, memvonis yang itu sebagai mubtadi’, membenarkan yang ini, dan merajihkan yang itu. Tanpa diragukan lagi sesungguhnya hal ini merupakan kesalahan, karena termasuk jalan para Salaf dan adab mereka adalah bahwa seorang anak muda jika dia ada di hadapan para ulama atau di negerinya ada para ulama atau dengan adanya mereka, dia tidak akan mendahului mereka, tetapi dia menunggu pendapat dan perkataan mereka agar dia bersama mereka, karena kebenaran –insya Allah– tidak jauh dari mereka dengan izin Allah Azza wa Jalla.
Ini sebagian nasehat dan bimbingan yang saya berharap –insya Allah– jika seorang pemuda salafy istiqamah di atasnya, maka dengan sesizin Allah dia akan selamat dari banyak fitnah dan hal-hal yang membinasakan, wallahu a’lam.
Sumber artikel:
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=108091
Alih bahasa: Abu Almass
Kamis, 2 Rajab 1435 H