TAKUT AMAL TIDAK IKHLASH
Disebutkan dalam biografi Al-Imam Ali bin Muhammad Al-Maawardy bahwa beliau -rahimahullah- sama sekali tidak memperlihatkan karya-karya tulisnya di masa hidupnya. Beliau mengumpulkan karya-karya tulisnya tersebut di sebuah tempat. Ketika beliau merasa telah dekat ajalnya, beliau berkata kepada seseorang yang beliau percaya: “Kitab-kitab yang ada di tempat itu semua adalah karya tulisku, hanyalah aku sengaja tidak menampakkannya karena aku merasa tidak mampu berniat yang ikhlash. Maka jika aku merasa telah melihat kematian dan aku telah merasakan sakaratul maut, letakkanlah tanganmu di tanganku, jika aku menggenggamnya dan memegangnya dengan erat, maka ketahuilah bahwa kitab-kitab itu tidak ada diterima dariku sedikit pun. Jika demikian maka pergilah ke kitab-kitab itu dan lemparkanlah ke sungai Dajlah di malam hari. Namun jika aku membuka tanganku maka ketahuilah bahwa karya-karya tulisku itu diterima.”
Orang yang beliau percaya itu menceritakan: “Ketika ajal beliau telah dekat, aku pun meletakkan tanganku pada tangan beliau, maka beliau membuka tangannya. Karena sebab itulah aku pun menyebarkan kitab-kitab beliau.”
(Siyar A’lamin Nubalaa’, terbitan Muasassah Ar-Risalah, 18/66-67)
Setelah menukilkan kisah di atas, Mazin bin Abdul Karim Al-Farih mengomentari: “Beliau menulisnya dan menghabiskan semua umurnya untuk menulisnya hingga bergadang malam dan kurang tidur, lalu setelah semua itu beliau ingin agar semuanya dilemparkan ke sungai Dajlah karena takut riya’ dalam niatnya.”
(Ar-Raa’id Duruusun fit Tarbiyyah wad Da’wah, terbitan Daarul Andalus, Jeddah, cetakan ke-3, hal. 46-47)
BIMBINGAN SALAF DALAM MEMILIH TEMAN
Abu Hatim -rahimahullah- berkata: “Yang wajib atas seorang yang berakal agar berlindung kepada Allah dari berteman dengan orang yang jika dirinya mengingat Allah dia tidak mau membantunya, jika dirinya lupa dia tidak mau mengingatkannya, jika dirinya lalai dia justru mendorongnya agar meninggalkan dzikir. Siapa yang berteman dengan orang-orang yang buruk maka hakekatnya dialah yang paling buruk diantara mereka. Sebagaimana orang yang baik tidak mencintai kecuali orang-orang yang baik, demikian pula orang yang buruk tidak akan berteman kecuali dengan orang-orang yang jahat. Jadi seseorang jika membutuhkan teman maka hendaklah dia berteman dengan orang-orang yang menjaga kehormatannya.”
(Raudhatul Uqalaa’, hal. 102, dinukil dalam Rufaqaa’ut Thariiq, hal. 25-26)
MEMBEBASKAN BUDAK KARENA BAKHIL
Salah seorang yang terkenal bakhil berkata kepada budaknya: “Hidangkan makanan dan tutup pintunya!” Budaknya menjawab: “Salah tuan, yang tepat tutup pintu dulu lalu hidangkan makanan!” Maka tuannya yang bakhil tersebut berkata: “Engkau merdeka karena ilmumu yang mantap.”
(Kitab Al-Bukhalaa’, karya Al-Khatib Al-Baghdady, terbitan Daar Ibnu Hazm, cetakan pertama tahun 1421 H, hal. 102, riwayat no. 128)
HATI DAN AMAL
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: ‘”Antara amal dan hati ada jarak, dan di sana ada penyamun yang menghalangi sampainya amal ke hati. Karena itulah ada seseorang yang banyak beramal namun tidak muncul di dalam hatinya rasa cinta, takut, dan harapan (kepada Allah), tidak zuhud di dunia dan tidak pula cinta kepada akherat, tidak ada cahaya untuk membedakan antara para wali-Nya dengan musuh-musuh-Nya dan antara alhaq dengan kebathilan serta tidak ada kekuatan pada urusannya. Seandainya pengaruh amal itu sampai ke hatinya, niscaya hatinya akan bersinar dan bercahaya sehingga dia bisa mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil, dan hal itu akan semakin memperbaiki dirinya.”
(Hayaatus Salaf, hal. 222-223)
DIANTARA TANDA IKHLASH BENCI POPULARITAS
Khalid bin Ma’dan Al-Kala’iy -rahimahullah- seorang tabi’in dan salah seorang perawi dalam Shahih Al-Bukhary dan selainnya, jika semakin banyak manusia yang datang ke majelisnya, beliau pun segera mengakhirinya karena beliau tidak ingin terkenal.
(Al-Muntazham fii Taarikhil Muluuki wal Umam, karya Ibnul Jauzy, 7/84)
BAHAYA MENCINTAI SESEORANG BUKAN KARENA ALLAH
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Barangsiapa mencintai seseorang bukan karena Allah, maka bahaya teman-temannya lebih besar dibandingkan bahaya musuh-musuhnya terhadap dirinya.”
(Ta’thiirul Anfaas, hal. 575)
DIANTARA TANDA IKHLASH BENCI POPULARITAS
Khalid bin Ma’dan Al-Kala’iy -rahimahullah- seorang tabi’in dan salah seorang perawi dalam Shahih Al-Bukhary dan selainnya, jika semakin banyak manusia yang datang ke majelisnya, beliau pun segera mengakhirinya karena beliau tidak ingin terkenal.
(Al-Muntazham fii Taarikhil Muluuki wal Umam, karya Ibnul Jauzy, 7/84)
BENARKAH KITA MENGINGINKAN NASIHAT?
Seseorang datang kepada Ibnul Mubarak rahimahullah lalu bertanya: “Apakah masih ada orang yang mau menasehati?” Beliau menjawab: “Apakah engkau tahu masih ada orang yang mau menerima nasehat?!”
(Hayaatus Salaf, hal. 867)
Duhai, betapa banyak orang yang meminta nasehat namun tidak melaksanakannya, dan betapa banyak orang yang bertanya namun tidak merasa puas dengan jawabannya, karena tidak sesuai dengan hawa nafsunya.
TIDAK BERHARAP KEPADA MAKHLUK
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik masuk ke dalam Ka’bah, ternyata di dalamnya ada Salim bin Abdullah bin Umar rahimahullah. Maka Khalifah berkata kepadanya: “Wahai Salim, mintalah kepada saya apa yang Anda butuhkan!” Salim menjawab: “Sesungguhnya saya merasa malu kepada Allah untuk meminta di rumah Allah kepada selain-Nya.” Ketika Salim keluar maka Khalifah mengikutinya seraya berkata kepadanya: “Sekarang Anda telah keluar, maka mintalah kepada saya apa yang Anda butuhkan!” Salim menjawab: “Kebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?” Khalifah menjawab: “Kebutuhan dunia.” Maka Salim menjawab: “Saya tidak meminta kepada yang memilikinya, maka bagaimana saya akan meminta kepada yang tidak memilikinya.”
(Al-Muntazham fii Taarikhil Muluk wal Umam, 7/114-115)
PENGHANCUR ITU BERNAMA UJUB
Mutharrif bin Abdillah Asy-Syakhir rahimahullah berkata: “Sungguh aku tidur hingga Shubuh lalu aku merasa menyesal, lebih aku sukai dibandingkan aku shalat semalam suntuk lalu aku merasa kagum pada diriku sendiri (apalagi merendahkan orang yang tidak shalat malam -pent).”
(Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin, hal. 274)
USAHA-USAHA MERAIH KEIKHLASAN
Abu Hazim Salamah bin Dinar Al-A’raj rahimahullah berkata: “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu (yang boleh disembunyikan -pent) sebagaimana engkau berusaha menyembunyikan keburukan-keburukanmu.”
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Menampakkan keadaan diri kepada manusia bagi orang-orang yg jujur merupakan kedunguan & kelemahan, dan itu merupakan bagian-bagian jiwa & syetan. Orang-orang yang jujur & memiliki tekat membaja mereka lebih bersungguh-sungguh menyembunyikan kebaikan dibandingkan usaha orang-orang yang punya harta untuk menyembunyikan harta mereka.” (Hayaatus Salaf, hal. 254)