Menisbahkan Sesuatu Kepada ‘Ulama, Demi Menjatuhkan Kredibilitas Pihak Lain (Studi Kejujuran Abdul Barr – tulisan pertama –)
Sungguh membelalakkan mata dan membuat hati tercabik-cabik, apa yang ditorehkan oleh al-Ustadz Abdul Barr Kaisinda pada 26 Desember 2013 kemarin. Dalam sebuah tulisan berjudul Mengenal Sang Politikus Dakwah, Pemecah Belah Ahlus Sunnah, Al Ustadz Lukman Baabduh, dia menggeber sejumlah data demi menjatuhkan kredibilitas nama yang ia sebutkan dalam judul tersebut. Tentu saja masalahnya bukan sekedar nama baik seseorang, namun taruhannya adalah Dakwah Salafiyyah di Indonesia.
Apabila ditelisik lebih cermat, sebenarnya “data-data” yang ditampilkan oleh Ustadz Abdul Barr yang sepintas lalu sebagai “hujjah yang kokoh” ternyata hanya semakin membuat seorang yang adil dan jujur mengelus dada.
Perlu ada studi untuk mengukur sejauh mana kejujuran ustadz yang menorehkan tulisan yang telah banyak meresahkan salafiyyin di Indonesia tersebut.
Untuk studi tersebut, maka di sini kami akan mencoba memulai dengan sebuah peristiwa – yang memang peristiwa tersebut tidak disinggung oleh sang ustadz dalam tulisannya tersebut – namun perlu untuk diketengahkan di sini, karena sangat terkait dengan sang ustadz. Yaitu penukilan sekaligus penisbatan sebuah perkataan kepada asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i. Dari sini, kita akan bisa mengukur jujurkah ust Abdul Barr, ataukah ternyata itu sebuah kedustaan?
Berikut penuturan al-Ustadz Fauzan hafizhahullah bersama al-Ustadz Muhammad Ihsan dan al-Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahumallah,
“Saya Abu Ubaidillah (Fauzan) – bersama al-Ustadz Muhammad Ihsan dan al-Ustadz Muhammad Afifuddin – menulis persaksian ini dengan tujuan sebagai pelajaran bagi salafiyyin di Indonesia dalam menyikapi berita-berita yang disampaikan oleh al-Ustadz Abdul Barr, untuk bisa dinilai sejauh mana kejujurannya.
Pada saat Dauroh Masyaikh di Bandung, tepatnya di Wisma Komandan SECAPA, Ust. Abdul Barr menisbatkan sebuah ucapan kepada asy-Syaikh Abdullah Mar’i di hadapan sejumlah asatidzah, di antaranya al-Ustadz Muhammad Ihsan, bahwa asy-Syaikh Abdullah ketika di sebuah villa di Bali ba’da shalat Fajr berkata tentang Ja’far Umar Thalib:
“كيف يا اخوان لو نأتي إلى جعفر؟” [1]
Kemudian kata Abdul Barr, Ustadz Usamah Mahri yang juga ada di majelis itu menjawab:
“لا يا شيخ، هو يتلاعب بتوبته” [2]
asy-Syaikh Abdullah menjawab:
“لعلكم لا تعطونه فرصة، ولعلكم سددتم عليه الطريق، الانسان اذا وقع في الكبير لا يرجع مباشرة لكنه يرجع شيئا فشيئا.” [3]
Kemudian ust. Abdul Barr berkata, “Mereka (asatidzah, ust usamah, dan lain-lain) langsung menundukkan kepala. (Sambil Abdul Barr mempraktekkan dengan menundukkan kepalanya).
Penukilan ustadz Abdul Barr yang saya dengar bersama ust Muhammad Ihsan hafizhahullah itu juga pernah disampaikan oleh Abdul Barr dalam kesempatan lain kepada al-ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah
Jujurkah saudara Abdul Barr dalam penisbatan ucapan tersebut kepada syaikh Abdullah Mar’i?
Jawabannya adalah:
Pernyataan tersebut sudah kami klarifikasi langsung kepada Syaikh Abdullah Mar’i di hadapan beberapa asatidzah, tentang kebenaran penukilan tersebut, maka beliau dengan tegas mengingkari penisbahan ucapan tersebut kepada dirinya.
Demikian tulisan ini saya buat, agar Salafiyyin bisa mengambil pelajaran.
Tertanda,
– Fauzan Abu ‘Ubaidillah
– Muhammad Ihsan
– Muhammad Afifuddin
Demikian persaksian 3 ustadz Ahlus Sunnah atas rekayasa Ustadz Abdul Barr yang mengatasnamakan asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i. Yang juga menarik dari cara penukilan Ustadz Abdul Barr di atas, adalah bagaimana Ustadz Abdul Barr menggambarkan apa yang terjadi pada para asatidzah setelah itu, yaitu dengan disertai ekspresi sedemikan rupa, seraya dia mempraktekkan dengan menundukkan kepalanya. Sehingga benar-benar bisa meyakinkan pendengarnya.
Padahal, asatidzah yang hadir pada jalsah di Bali bersama asy-Syaikh ‘Abdullah tersebut – antara lain al-Ustadz Usamah, al-Ustadz Qomar, al-Ustadz Ruwaifi’, dll – sama sekali tidak tahu adanya peristiwa yang dinukilkan oleh ustadz Abdul Barr tersebut. Lahaula wala Quwwata illa billah
Setelah kita mengetahui kadar kejujuran ustadz penulis artikel tersebut melalui persaksian tiga ustadz Ahlus Sunnah di atas, berikutnya insya Allah kita akan mengupas “data-data” yang diungkap oleh ustadz penulis, s upaya kita bisa mengetahui lebih jauh lagi kadar kejujurannya
————————–
Catatan Kaki:
[1] Artinya, “Wahai Ikhwan, bagaimana kalau kita mendatangi Ja’far?”
[2] Artinya, “Tidak wahai Syaikh, dia itu main-main saja dalam taubatnya.”
[3] Artinya, “Bisa saja kalian tidak memberikan kesempatan baginya. Mungkin kalian telah menutup jalan (taubat) baginya. Seorang manusia jika jatuh dalam sebuah dosa besar tidak segera rujuk secara langsung, tetapi dia rujuk secara bertahap.