MEMBERONTAK KEPADA PEMERINTAH
Al-Imam al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah berkata, “Kami tidak menasihatkan untuk memberontak kepada pemerintah, meskipun kita sudah melihat kekufuran yang nyata.
Bahkan pemberontakan tidak diperbolehkan kecuali dengan syarat:
1. Kekuatan kaum muslimin mendekati atau seimbang dengan kekuatan musuh dan orang-orang kafir.
Bila ada yang mengatakan,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.”
Atau dia mengatakan,
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإذْنِ اللَّهِ “
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.
الْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا ۚ فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Maka jawabannya:
Bila memang ditemukan mujahid di antara mereka yang memiliki keimanan, kejujuran, dan tekad baja sejumlah seperempat saja dari jumlah orang-orang yang ayat-ayat tadi diturunkan kepada mereka, maka tidak mengapa berjihad.
2. Kaum muslimin tidak membutuhkan (bantuan pihak lain- kecukupan, mandiri) sehingga mereka tidak mencari bantuan dari Amerika ataupun negara kafir yang lain, atau mencari bantuan operasi militer dari negara kafir. Demikian pula mereka tidak mengajukan permasalahan mereka ke Dewan Keamanan dan tidak pula kepada PBB. Karena sejatinya negeri kafir atau operasi militer dari negara kafir tidak bisa diharapkan akan membantu agama Islam. Allah berfirman, “Yahudi dan Nashara tidak akan ridha kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka.”
Intervensi militer mereka di Hamah-Suriah, Afghanistan, dan Somalia menjadi saksi terbesar bagi hal ini.
3. Hendaknya tindakan pemberontakan terhadap pemerintah kafir tersebut tidak memunculkan kekaburan kepada orang-orang awam dari kalangan muslimin, sehingga (bila kesamaran ini terjadi) justru pemberontakan akan berbalik menjadi peperangan antar kaum muslimin sendiri. Konsekuensi dari hal ini adalah, wajib memperingatkan (membangkitkan dan menyampaikan ilmu kepada) rakyat sebelum menyeru mereka untuk berjihad, sebagaimana hal ini dulu dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam. Beliau tidak menegakkan jihad sampai diizinkan oleh Rabbnha. Allah ta’ala berfirman,
أذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka telah dizalimi. Sesungguhnya Allah Mahamampu menolong mereka.”
Dan merupakan suatu keharusan untuk meminta fatwa kepada para ulama besar yang mendalam ilmunya sebelum keluar berjihad dan di tengah-tengah proses jihad fi sabilillah.
***
Silakan merujuk pada kitab (Sha’iqatuz Zilzal 2/286)
##########################
الخروج على الحكام
قال الإمام المحدث مقبل بن هادي الوادعي رحمه الله :
” هذا ولا ننصح بالخروج على الحكام حتى ولو رأينا كفراً بواحاً ، بل لا يجوز الخروج إلا بشروط :
الأول : أن تكون قوة المسلمين مقاربة أو مكافئة لقوة العدو والكافر .
فإن قال قائل : فإن الله يقول : ” وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ ” .
ويقول : ” كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإذْنِ اللَّهِ ” .
وقوله تعالى : ” الْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا ۚ فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ ” ، فالجواب : أنه إذا وُجد مجاهدون عندهم من الإيمان والصدق والعزيمة ربع ما عند من أنزلت فيهم هذه الآيات فلا بأس بذلك .
الثاني : أن يكون عندهم استغناء ذاتي فلا يطلبون العون من أمريكا أو غيرها من الدول الكافرة أو العميلة للدول الكافرة ، وكذا لا يردون القضايا إلى مجلس الأمن ولا إلى الأمم المتحدة ؛ فإنه لا يرجى من الدول الكافرة أو العميلة للكافرة أن تنصر دين الإسلام : ” وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ” ، وعملهم في حماة وأفغانستان والصومال أكبر شاهد .
الثالث : أن يؤمن التلبيس على عوام المسلمين في القيام مع الحاكم الكافر فيرجع القتال بين المسلمين أنفسهم ، ويترتب على هذا أنه يجب توعية الشعوب قبل دعوتها إلى الجهاد كما فعل النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – فإنه لم يقم بالجهاد حتى أذن له ربه ؛ فقال تعالى : ” أذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ ” .
ولا بد قبل الخروج إلى الجهاد وفي أثناء الجهاد أن يستفتى العلماء الأفاضل الراسخون في العلم .
راجع كتاب : ( صعقة الزلزال 2 / 286 ) .