KEADAAN ORANG-ORANG SALEH DI MASA WABAH
Anas bin Sirin mengatakan, “Sampai berita kepada kami bahwa Masruq lari dari wabah penyakit tha’un di Kufah. Mendengar hal itu, Muhammad mengingkari berita tersebut seraya mengatakan, “Mari kita mendatangi keluarganya untuk meminta keterangan.”
Lalu, kami pun masuk menemui keluarganya dan kami bertanya tentang berita tersebut (bahwa Masruq lari dari wabah penyakit tha’un di Kufah).
Keluarganya pun menjawab, “Sekali-kali tidak. Sungguh, berita itu tidak benar. Masruq tidaklah lari dari wabah penyakit tersebut, (tetapi hanya berdiam diri di rumah).
Masruq menyatakan (tentang berdiam dirinya dia di dalam rumah di masa tha’un),
أيام تشاغل فأحب أن أخلو للعبادة ، فكان يتنحى فيخلو للعبادة
“Hari-hari ini adalah hari-hari yang menyibukkan (berat). Oleh sebab itu, aku ingin menyendiri beribadah.” Setelah itu, beliau menyendiri untuk beribadah.
Istrinya berkata,
فربما جلست خلفه أبكي مما أراه يصنع بنفسه ، وكان يصلي حتى تورم قدماه
“Aku sering duduk di belakangnya, menangis melihat apa yang dilakukan kepada dirinya sendiri. Dia terus-menerus salat hingga kedua kakinya bengkak.”
Istrinya juga berkata,
الطاعون والبطن والنفساء والغرق، من مات فيهن مسلما فهي له شهادة
“Aku mendengar Masruq mengatakan, ‘Tha’un, penyakit perut, melahirkan, dan tenggelam; barang siapa meninggal karenanya dalam keadaan muslim, baginya (pahala) syahid.”
📚 Thabaqat Ibnu Sa’d, 6/81