KAPAN TERJADINYA HARI KIAMAT?
‘Umar radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, suatu hari ada seorang yang tidak dikenal datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengajukan beberapa pertanyaan.
Di akhir kisah tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa yang datang itu adalah Jibril. Dia datang untuk mengajarkan pokok-pokok agama dengan pertanyaan yang diajukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara tanya jawabnya disebutkan,
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِل
Kemudian orang itu (yakni Jibril) berkata, “Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat (kapan terjadinya).”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya.”
(HR. Muslim)
Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan,
“Waktu terjadinya hari kiamat tidak diketahui kecuali oleh Allah. Allah merahasiakannya dalam ilmu-Nya. Allah tidak mengabarkannya kepada para malaikat dan para rasul.
Allah menyembunyikan pengetahuan tersebut (tentang waktu terjadinya kiamat) dari makhluk-Nya karena tidak ada manfaat bagi manusia mengetahui waktu terjadinya kiamat. Yang bermanfaat untuk mereka adalah mengimani terjadinya dan mempersiapkan diri menghadapinya. Inilah tujuan intinya.
Adapun waktunya, dikembalikan kepada Allah semata. Banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan keyakinan ini, di antaranya:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ (الأعراف : ١٨٧
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada di sisi Rabb-ku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A’raf: 187)
Hanya Allah yang tahu waktu terjadinya hari kiamat. Tidak boleh seorang pun mengatakan, “Hari kiamat akan terjadi pada waktu ini dan itu,” bersandarkan pada perhitungan, khurafat, atau dugaan.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh para dukun dan tukang ramal.
Ini termasuk memberat-beratkan diri yang tidak dibenarkan oleh Allah. Siapa yang melakukannya, dia adalah pendusta karena Allah telah menutupi ilmu ini dari makhluk-Nya. Jadi, sama sekali tidak mungkin ada yang mengetahuinya.
Diringkas dari Al-Minhatu Ar-Rabbaniyah fi Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah hlm. 81-82