JANGAN TAKUT MENYUARAKAN KEBENARAN
Nabi shallallahu alaihi was sallam bersabda:
*لا يَمنَعَنَّ رَجُلاً هَيبَةُ النَّاسِ أن يقول بحقٍّ إذا عَلِمَهُ [أو شَهِدَهُ أو سمِعَهُ].*
“Janganlah sekali-kali ketakutan kepada manusia menghalangi seseorang untuk mengatakan kebenaran jika dia mengetahuinya atau menyaksikannya atau mendengarnya.”
Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah berkata:
وفي الحديث: النهي المؤكد عن كتمان الحق خوفاً من الناس، أو طمعاً في المعاش، فكل من كتمه مخافة إيذائهم إياه بنوع من أنواع الإيذاء؛ كالضرب والشتم وقطع الرزق، أو مخافة عدم احترامهم إياه ونحو ذلك؛ فهو داخل في النهي ومخالف للنبي ﷺ، وإذا كان هذا حال من يكتم الحق وهو يعلمه؛ فكيف يكون حال من لا يكتفى بذلك، بل يشهد بالباطل على المسلمين الأبرياء، ويتهمهم في دينهم وعقيدتهم؛ مسايرة منه للرعاع، أو مخافة أن يتهموه هو أيضاً بالباطل إذا لم يسايرهم على ضلالهم واتهامهم؟! فاللهم ثبتنا على الحق، وإذا أردت بعبادك فتنة؛ فاقبضنا إليك غير مفتونين.
“Di dalam hadits ini terdapat larangan yang ditekankan dari perbuatan menyembunyikan kebenaran karena takut kepada manusia atau karena keinginan untuk mendapatkan penghasilan. Jadi siapa saja yang menyembunyikannya karena takut terhadap gangguan mereka terhadapnya dengan sesuatu yang menyakitkan, seperti pukulan, cacian, dan terputusnya rezeki, atau mereka tidak lagi menghormatinya, dan semisalnya, maka itu termasuk dalam larangan dan menyelisihi Nabi shallallahu alaihi was sallam.
Dan jika seperti ini keadaan orang yang menyembunyikan kebenaran dalam keadaan dia mengetahuinya, maka bagaimana dengan keadaan orang yang tidak sebatas melakukan hal itu saja, bahkan dia bersaksi secara bathil untuk menjatuhkan kaum muslimin yang tidak bersalah, menuduh sesat agama dan akidah mereka demi mengikuti kemauan orang-orang awam, atau karena dia juga takut mereka akan menuduhnya dengan kebathilan jika dia tidak sejalan dengan mereka dalam kesesatan dan tuduhan dusta mereka?!
Yaa Allah, kokohkanlah kami di atas kebenaran, dan jika Engkau ingin menimpakan fitnah kepada hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah kami dalam keadaan tanpa terfitnah.”
? Silsilah ash-Shahihah, no. 168
? Majmu’ah Marhaban “Yaa Thalibal ‘Ilmi”