INILAH MANUSIA
Penulis: Al Ustadz Idral Harits Hafizhahullah
MUKADDIMAH
Inilah Manusia Keberadaannya adalah paling akhir, setelah ‘Arsy, qalam (pena), langit dan bumi beserta seluruh isinya. Seakan-akan, semua disediakan untuk memenuhi kebutuhan makhluk terakhir ini. Limapuluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan, bergulirlah ketetapan yang tak bisa ditolak.
Makhluk terakhir ini harus berada di dunia, untuk mengatur dan menerapkan perintah dari langit. Itulah kamu, wahai manusia. Jasadmu diciptakan dari tanah lumpur yang berbau busuk, tapi ruhmu berasal dari tiupan Zat Yang Mahasuci, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.
Kau diciptakan bukan untuk tinggal selamanya di bumi (dunia) ini, maka karena itulah dicicipkan kepadamu tempat yang sesungguhnya merupakan rumahmu yang sejati, agar kau menyadari keberadaanmu di sini, bukan untuk kekal abadi.
Langkahmu meniti jalanan penuh liku, mendaki, penuh duri, dengan jurang di kiri kanan, itulah yang sedang kau hadapi saat ini, esok dan sampai ajal menjemputmu. Demikianlah ketentuan yang sudah pasti. Sengaja disamarkan darimu agar kau waspada dalam menempuh perjalanan ini. Sekali berarti, sudah itu mati. Tapi jangan kau lupa kematian bukan peristirahatan abadi apalagi terakhir, karena di seberang kematian ini ada hidup terakhir yang abadi.
Perjalanan dan kepayahanmu kan berakhir saat kaki pertamamu menjejak lantai rumah sejatimu. Bergegaslah, karena teman-teman terbaikmu (para Nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh), ayahmu (Adam) dan ibumu (Hawa) sudah melambaikan tangan menanti kedatanganmu.
Pulanglah, hai perantau sejati. Inilah akhir pengembaraanmu. Siapkanlah bekal, yang terbaik (yaitu takwa). Berikanlah buah tanganmu yang terbaik kepada mereka, dengan ucapanmu,”Inilah kitab (catatan amalan)ku, bacalah oleh kamu. Aku yakin bahwa aku pasti menghadapi perhisaban ini.” Setelah kaki kananmu menginjak lantai surga, barulah trasa lega dan lapang hatimu.
Hilanglah semua kesengsaraan dan kepayahan yang memberati langkahmu selama di dunia, seakan tak berbekas.
Wallahul Muwaffiq.
Insya Allah Bersambung