HIKMAH TERJATUHNYA SEBAGIAN ORANG YANG IKHLASH DALAM KESALAHAN
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’allimy rahimahullah
Ketahuilah bahwasanya Allah Ta’ala terkadang menjatuhkan sebagian orang-orang yang ikhlash pada sebuah kesalahan sebagai ujian bagi yang lain; yaitu apakah mereka akan mengikuti kebenaran dan meninggalkan pendapat orang yang salah tersebut, ataukah justru mereka tertipu dengan keutamaan dan kemuliaannya?
Adapun ulama yang salah tersebut mendapatkan udzur, bahkan dia mendapatkan pahala karena ijtihadnya dan tujuannya yang baik serta tidak meremehkan usaha. Tetapi orang yang mengikuti semata-mata karena tertipu dengan nama besarnya tanpa mau memperhatikan hujjah-hujjah yang sesungguhnya yang berasal dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi was sallam, maka dia tidak mendapatkan udzur, bahkan dia berada dalam bahaya yang besar.
Ketika Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu anha pergi ke Bashrah sebelum pecahnya Perang Jamal, Amirul Mu’minin Ali radhiyallahu anhu menyusulkan putra beliau Al-Hasan dan Ammar bin Yasir radhiyallahu anhuma untuk menasehati manusia. Diantara perkataan Ammar kepada penduduk Bashrah adalah:
وَاللهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَلَكِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلاَكُمْ، لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيْعُوْنَ أَمْ هِيَ.
“Demi Allah, sesungguhnya dia adalah istri dari Nabi kalian shallallahu alaihi was sallam di dunia dan akhirat, tetapi Allah Tabaaraka wa Ta’aala menguji kalian untuk mengetahui apakah kalian lebih mentaati beliau ataukah mentaatinya.” [1]
Termasuk contoh terbesar yang juga semakna dengan ini adalah tuntutan Fathimah radhiyallahu anha agar mendapat warisan dari ayahnya shallallahu alaihi was sallam. Dan ini merupakan ujian besar bagi Ash-Shiddiq (Abu Bakr) radhiyallahu anhu. Namun Allah mengokohkannya menghadapi ujian ini.
[Raf’ul Isytibaah An Ma’nal Ibaadah wal Ilah, hal 152-153]
Catatan Kaki:
[1] HR. Al-Bukhary no. 7110. (pent)
[2] Hal ini karena Abu Bakr radhiyallahu anhu mendengar sabda Rasulullah shallallahu alaihi was sallam:
لاَ نُوْرَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ.
“Kami tidak diwarisi, apa saja yang kami tinggalkan maka itu semuanya menjadi shadaqah.”
Lihat: Shahih Al-Bukhary no. 4240. (pent)
Sumber artikel:
http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=39521
Alih Bahasa: Abu Almass
Kamis, 1 Dzulhijjah 1435 H