Ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc
Penyakit kalbu ada dua macam.
Pertama: sakit yang tidak dirasakan oleh yang mengidapnya.
Contohnya adalah kebodohan, syubhat (kekaburan), keraguan, dan godaan syahwat. Keadaan ini sesungguhnya lebih menyakitkan, akan tetapi karena kalbu telah rusak dengan penyakit itu maka ia tidak merasakannya. Kebodohan dan hawa nafsunya menghalangi untuk menemukan sakitnya. Rasa sakit itu sebenarnya sudah ada namun karena tersibukkan oleh hal-hal lain, maka sakitnya tersembunyi. Ini lebih berbahaya dari penyakit yang satunya dan lebih susah untuk menyembuhkannya.
Obatnya ada pada para rasul dan para pengikut mereka. Merekalah para dokter penyakit ini.
Kedua: penyakit yang dirasakan langsung saat itu. Seperti kesedihan, gundah gulana, dan kemarahan.
Penyakit ini bisa dihilangkan dengan menghilangkan sebab-sebabnya atau dengan melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan sebabnya.
Sebagai contoh adalah marah. Marah termasuk menyakitkan kalbu dan obatnya adalah dengan menghilangkan sebab kemarahan itu. Jika ia melakukan penyembuhan dengan cara yang benar maka sakitnya akan hilang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Perangilah mereka, maka Allah akan azab mereka dengan tangan kalian, menghinakan mereka, menolong kalian atas mereka dan menyembuhkan dada-dada kaum mukminin serta menghilangkan kemarahan mereka dan Allah akan memberikan taubat-Nya kepada siapa yang Allah kehendaki.” (at-Taubah: 14—15)
Keberadaan orang-orang kafir itu merupakan sebab kemarahan orang-orang mukmin yang membuat sakit hati mereka. Maka dengan memerangi orang kafir kemarahan kaum mukminin hilang sehingga sembuh dari penyakit ini.
Namun jika mencari kesembuhan dengan cara kezaliman justru akan menambah sakitnya yang ia sangka akan menyembuhkannya.
Kesedihan dan gundah gulana juga merupakan penyakit kalbu. Menyembuhkannya dengan memunculkan rasa gembira dan senang. Jika ia menyembuhkan dengan cara yang haq maka akan hilang sakitnya. Namun jika kesembuhannya didapat dengan cara yang batil maka sakitnya akan bersembunyi dan akan menimbulkan penyakit-penyakit lain yang lebih berbahaya serta lebih sulit untuk disembuhkan.
Penyakit yang lain adalah kebodohan:
Obatnya adalah dengan ilmu yang bermanfaat. Jika ia obati dengan ilmu yang tidak bermanfaat, ia bakal menyangka telah sembuh dari sakitnya. Padahal hakikatnya justru menambah penyakitnya. Ia sibuk dengan ilmu yang tidak bermanfaat hingga tidak mampu menangkap sakit yang tersembunyi pada dirinya. Padahal ilmu yang bermanfaat merupakan syarat untuk bisa sehat dan sembuhnya kalbu.
Penyakit lainnya adalah keraguan:
obatnya adalah ilmu dan keyakinan yang didapatkan dengan cara yang haq.
Jadi obat bagi penyakit-penyakit hati ada yang bersifat tabiat serta ada yang bersifat keimanan dan syariat sesuai dengan penyakitnya.
(Diterjemahkan dengan penambahan dan pengurangan dari kitab Ighatsatul Lahafan karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah t hlm. 22—23)
—————————————————–
Sumber : Majalah Asy Syariah