BAGAIMANA JIKA PARA ULAMA BERBEDA DALAM MENJARH ATAU MENTA’DIL SESEORANG
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah
Pertanyaan: Bagaimana menurut Anda jika para ulama berbeda pendapat dalam menjarh atau menta’dil salah seorang dai?
Jawaban:
Sikap yang benar bagi siapa saja yang memiliki pemahaman dalam keadaan kaedah-kaedah jarh wa ta’dil sangat jelas seperti matahari, yaitu bahwasanya jarh terperinci didahulukan atas ta’dil yang tidak terperinci. Ini berlaku jika muncul pertentangan antara jarh dan ta’dil. Jika muncul pertentangan antara jarh dan ta’dil maka jarh yang terperinci didahulukan. Engkau tidak akan menjumpai satu pun ulama dari ummat ini yang menyelisihi kaedah ini. Hanya saja para penggembos yang mendidik para pemuda di atas cara-cara orang-orang rendahan dan orang-orang yang suka menipu, maka mereka ini terus mendebat dan menyombongkan diri terhadap kaedah-kaedah ini.
Adapun Ulama Ahlus Sunnah maka engkau tidak akan menjumpai seorangpun yang menyelisihinya. Menurut mereka jika seorang ulama menjarh sementara tidak ada ulama lain yang menentangnya, atau walaupun ada juga ulama lain yang menentangnya, maka sesungguhnya jarh menurut mereka didahulukan atas ta’dil. Apakah kalian sudah mengerti?!
Di sana ada yang menyatakan bahwa jarh didahulukan atas ta’dil secara mutlak. Namun yang benar bahwasanya jika muncul pertentangan antara jarh dan ta’dil, maka harus ada penjelasan secara rinci. Lalu jarh yang terperinci tersebut didahulukan atas ta’dil yang mubham (tidak terperinci).
Banyak dari orang-orang sesat sekarang ini pergi kepada sebagian ulama dan pura-pura menampakkan kepada ulama tersebut bahwa mereka adalah salafiyun, sampai mereka bisa mendapatkan tazkiyah dari ulama tersebut, lalu mereka menjadikan tazkiyah itu sebagai senjata untuk menghantam manhaj Salaf dan menyerang orang-orang yang berpegang teguh dengannya. Hal ini sebagaimana yang terjadi di tengah-tengah kalian, di Belanda, Perancis, dan tempat lainnya.
Sebagian pengusung kebathilan dan orang-orang bodoh pergi ke sebagian ulama yang berpegang teguh dengan manhaj Salaf dan bisa memetik tazkiyah dari ulama tersebut dengan menggunakan berbagai cara yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah untuk tujuan-tujuan yang rendah, yaitu untuk mempermainkan akal para pemuda dengan tameng tazkiyah tersebut agar bisa melepaskan mereka dari manhaj Salaf serta menghalangi mereka dari manhaj ini, dan melemparkan mereka kepada jurang hizbiyah yang sesat, kita berlindung kepada Allah darinya.
Hal semacam ini terjadi di tengah-tengah kalian dan kalian mengetahuinya. Maka wajib atas para pemuda untuk memahami dengan baik kaedah-kaedah ini, serta mewaspadai orang-orang yang suka mempermainkan itu, yaitu orang-orang yang mempermainkan akal-akal para pemuda dan perasaan mereka, serta mempermainkan kaedah-kaedah Islam, prinsip-prinsip pokoknya, dan nash-nashnya (dalil-dalilnya yang jelas dan gamblang).”