Apakah Mendiamkan Kesalahan Merupakan Sikap Hikmah

 

Apakah Mendiamkan Kesalahan Merupakan Sikap Hikmah1

APAKAH MENDIAMKAN KESALAHAN MERUPAKAN SIKAP HIKMAH

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah

| | |

Pertanyaan: Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, sebagian pihak menjadikan sikap diam terhadap kelompok-kelompok Islam dan Hizbiyun sebagai manhaj dan menyatakan bahwa ini adalah sikap hikmah. Hal ini menjadi manhajnya dan dia memiliki para pengikut yang menempuh jalannya. Maka apa hukum dari manhaj baru yang muncul pada hari ini tersebut?

Jawaban:

Saya khawatir ada hal yang berlebihan pada pertanyaan ini. Saya tidak meyakini ada seorang ulama yang memiliki manhaj semacam ini, khususnya jika dia adalah seorang ulama salafy. Jadi saya khawatir ada hal yang berlebihan pada pertanyaan ini. Anggaplah hal tersebut ada dan terjadi, maka ini merupakan kesalahan, dan siapa saja yang mengatakan ucapan semacam ini, atau membuat penilaian semacam ini, atau membuat kaedah semacam ini, wajib atasnya untuk bertaubat kepada Allah Tabaaraka wa Ta’aala. Karena sesungguhnya Allah telah memberi keistimewaan dan keutamaan kepada ummat ini atas ummat-ummat yang lainnya dengan sikap tidak mendiamkan kesalahan. Bahkan menyatakan dengan terang-terangan, menjelaskan, dan berjihad, dan terkhusus amar ma’ruf nahi mungkar.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ.

“Kalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian selalu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta kalian beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Allah juga telah melaknat Bani Israil disebabkan karena mereka membuat manhaj semacam ini, yaitu sikap diam yang menyetujui kebathilan yang dibungkus dengan kemasan hikmah.

Allah Ta’ala berfirman:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ.كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ.

“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam, yang demikian itu disebabkan mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak mau melarang kemungkaran yang mereka lakukan. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79)

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia merubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika dia tidak mampu juga maka dengan hatinya dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.”  [1]

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan prinsip agung dari prinsip-prinsip Islam. Islam tidak akan tegak kecuali dengannya, dan ummat ini tidak akan bisa menjaga kedudukan yang agung ini; yaitu kebaikan dan terdepan dibandingkan ummat-ummat yang lain kecuali dengan menegakkannya. Maka jika mereka menelantarkan perkara ini, mereka pun berhak tertimpa kemurkaan Allah, bahkan laknat-Nya sebagaimana Dia telah melaknat orang-orang kafir dari Bani Israil.

Jika Bani Israil pantas tertimpa sekian banyak laknat karena mereka tidak menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka apa kira-kira yang akan menimpa orang-orang yang meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar dari ummat ini?! Karena sesungguhnya agama kita lebih agung dibandingkan agama mereka, sehingga jika kita meremehkan dalam menjalankan agama dan meninggalkannya, maka agama ini akan dijadikan permainan oleh para pengekor hawa nafsu dan pembawa kesesatan. Sementara kita hanya membiarkan mereka terus berlalu dan mendiamkan kesalahan mereka, lalu kita menamakannya sebagai sikap hikmah!! Maka kita pantas tertimpa kemurkaan Allah Tabaaraka wa Ta’aala. Kita berlindung kepada Allah dari kemurkaan-Nya.

Jika orang yang modelnya semacam ini benar-benar ada, maka kita memohon kepada Allah agar memberi mereka hidayah, menunjukkan mereka kepada jalan yang benar, menampakkan kesalahan besar yang mereka terjatuh padanya tersebut, serta agar mereka meninggalkan kesalahan tersebut dengan bergabung bersama para dai yang menyerukan kebenaran dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar serta terang-terangan melakukannya.

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ.

“Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94)

Demikian juga sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari para mubtadi’ dan orang-orang yang sesat!

Sumber artikel: Kasyfus Sitaar, hal. 16-18

Keterangan:

[1] HR. Muslim no. 49 dan selainnya.

Alih bahasa: Abu Almass –syafahullah–
Jum’at, 1 Sya’ban 1435 H

© 1446 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.