BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 4)

BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 4)

Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah

POIN KETIGA

Asy-Syaikh as-Suhaimy dalam tulisannya “Tanbih Dzawil Afham” pada bab “Contoh-contoh vonis zhalim pada manhaj baru ini” mengatakan, “Salah seorang dari mereka di salah satu website menganggap bahwa dua syaikh yang mulia yaitu asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dan asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr adalah dua ulama besar yang keduanya diambil faedah dalam bidang ilmu as-Sunnah, hadits, dan fiqih, hanya saja beliau berdua tidak ditanya tentang masalah manhaj dan keadaan orang-orang tertentu, dengan dalih bahwa setiap bidang ilmu memiliki tokoh tersendiri, karena sebagian ulama ada yang tidak faqih dalam mengetahui manhaj Salaf dan dalam meluruskan manhaj-manhaj yang menyimpang, dan hal itu hanya khusus diketahui oleh ulama ini dan itu saja. Dan saya kira Masayikh yang dia isyaratkan tadi bahwa merekalah yang pantas untuk ditanya tentang masalah manhaj dan tentang keadaan orang-orang tertentu, mereka tidak akan ridha dengan vonis yang zhalim terhadap masayikh lain semacam ini, dan mereka tidak akan setuju dengan pengurangan kedudukan ulama seperti ini. Dan ini mengingatkan saya kepada tulisan salah seorang tokoh hizbiyun di dalam negeri ini (Arab Saudi -pent) sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dia mensifati para ulama kita bahwa mereka tidak mengerti realita yang sedang terjadi di dunia, sedangkan kelompok-kelompok dakwah yang ada di masa ini merekalah yang mengerti realita yang menimpa kaum Muslimin dan rencana-rencana jahat dari musuh-musuh mereka, dan itu hanya khusus bagi mereka. Juga mengingatkan saya kepada salah seorang dari mereka sekitar 20 tahun yang lalu ketika dia mengatakan: ‘Kita tidak menginginkan ulama yang ketinggalan zaman.’ Dan dia juga mensifati guru kita asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy bahwa beliau seperti alat rekaman yang engkau bisa mendapatkan hasil rekamannya, namun engkau tidak bisa menyertakannya untuk menyelesaikan masalah.” [4]

Saya katakan:
Saya tidak ingat bahwa saya pernah mendengar salah seorang ulama atau salah seorang penuntut ilmu mengatakan seperti ini atau menerimanya atau menyandarkannya kepada manhaj Salaf, dan saya kira Masayikh kita berlepas diri dari ucapan semacam ini. Jadi, wajib atas asy-Syaikh as-Suhaimy untuk menunjukkan bukti tuduhan ini dengan menyebutkan sumber-sumbernya dengan mengarahkan kita kepada sebuah kitab atau kaset, agar pembaca tahu apakah tuduhan ini memang benar-benar ada, atau ternyata tidak ada, dan apakah salah seorang Masayikh ada yang mengatakannya, atau yang mengatakannya ternyata orang yang tidak ada seorangpun yang menganggap ucapannya.

Kemudian sesungguhnya penamaan yang dilakukan oleh asy-Syaikh Shalih terhadap perkara-perkara semacam ini dengan sebutan sebagai manhaj yang baru, itu merupakan sikap tergesa-gesa yang hal itu dicela sendiri oleh asy-Syaikh as-Suhaimy jika orang lain melakukannya. Jadi duhai sekiranya beliau membawakan kepada kita sedikit saja dari sebagian fatwa ulama dalam menamakan manhaj ini sebagai manhaj yang baru, seperti Samahatus Syaikh Ibnu Baz, atau Fadhilatus Syaikh Ibnu Utsaimin, atau selain mereka -rahimahumullah- agar beliau bisa menunjukkan kebenaran ucapannya dan membuktikan kepada pembaca bahwa ini merupakan fatwa-fatwa para imam di masa ini dan menunjukkan bahwa itu bukan merupakan ucapan beliau sendiri yang bisa diterima dan bisa juga ditolak.

Yang jelas, jika asy-Syaikh Shalih memaksudkan sebutan sebagai manhaj yang baru tersebut adalah pernyataan bermacam-macamnya bidang para ulama dan berbeda-bedanya spesialisasi ilmu yang mereka miliki, maka ini bukan merupakan termasuk vonis yang zhalim, bahkan ini merupakan perkara yang memang sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Jadi, manusia itu memang bertingkat-tingkat kedudukannya, dan Allah membukakan pintu untuk masing-masing orang yang mungkin pintu itu tidak terbuka untuk orang lain, dan Allah memiliki hikmah di balik semua itu. Para Shahabat Nabi shallallahu alaihi was sallam mereka sama-sama melakukan amal-amal kebaikan, menyebarkan ilmu, dan jihad fi sabilillah, walaupun demikian mereka sendiri bertingkat-tingkat dalam hal itu. Sebagian mereka ada yang memfokuskan diri untuk menyebarkan hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam, seperti yang dilakukan oleh Abu Hurairah. Yang lain memfokuskan diri untuk berjihad fi sabilillah, seperti Khalid bin Walid, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abu Ubaidah. Yang lain memfokuskan diri untuk beribadah, seperti Abdullah bin Amr bin al-Ash dan selainnya. Yang lain memfokuskan diri untuk mengajarkan al-Qur’an, yang lain mengurusi pemerintahan, dan seterusnya.

An-Nawawy berkata dalam Syarh Shahih Muslim ketika menjelaskan hadits:

ﻟَﺎ ﺗَﺰَﺍﻝُ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻇَﺎﻫِﺮِﻳﻦَ.

“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang terus menang di atas kebenaran.”

“Saya katakan: bisa saja kelompok yang dimaksud ini mereka terpencar yang terdiri dari berbagai jenis kaum mu’minin, sebagian mereka para pemberani yang berperang, sebagian mereka ahli fiqih, sebagian mereka ahli hadits, sebagian mereka ahli zuhud, sebagian mereka orang yang suka melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, dan sebagian mereka orang-orang yang suka melakukan kebaikan yang lainnya, dan mereka tidak harus berkumpul, bahkan bisa saja mereka terpisah-pisah di seluruh penjuru bumi.” -selesai perkataan an-Nawawy-

Sedangkan ulama di masa kita sekarang mereka sendiri bertingkat-tingkat diantara mereka, walaupun mereka sama-sama mengetahui berbagai bidang ilmu. Jadi, siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh al-Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albany dalam mentahqiq kitab-kitab hadits dan ilmu-ilmunya serta pengetahuan beliau tentangnya yang lebih banyak dibandingkan ulama lain, siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh al-Utsaimin dan asy-Syaikh al-Fauzan dalam mengajarkan fiqih, aqidah, tauhid, dan bidang-bidang yang lain, dan siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh Rabi’ dalam membantah orang-orang yang menyimpang dalam masalah manhaj Salaf dan ilmu-ilmu hadits?!

Membagi-bagi para ulama dengan menyatakan ada yang memiliki spesialisasi dalam ilmu hadits, yang lain memiliki spesialisasi dalam ilmu waris, yang lain memiliki spesialisasi dalam ilmu bahasa, apakah seperti ini dianggap termasuk manhaj yang baru?!

Apakah mungkin seseorang -yang menghargai akalnya- akan mengingkari kenyataan seperti ini?! Dan penilaian Anda bahwa masalah ini termasuk ketidakadilan dan kezhaliman, itu termasuk perkara yang Anda cela terhadap lain sebagai tindakan membesar-besarkan masalah yang kecil dalam menjatuhkan vonis.

Tentang perkataan asy-Syaikh as-Suhaimy, “Dan ini mengingatkan saya kepada tulisan salah seorang tokoh hizbiyun di dalam negeri ini (Arab Saudi -pent) sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dia mensifati para ulama kita bahwa mereka tidak mengerti realita yang sedang terjadi di dunia, sedangkan kelompok-kelompok dakwah yang ada di masa ini merekalah yang mengerti realita yang menimpa kaum Muslimin dan rencana-rencana jahat dari musuh-musuh mereka, dan itu hanya khusus bagi mereka.”

Saya katakan: Beda jauh -wahai Syaikh yang mulia- antara ucapan orang ini dengan permisalan yang Anda buat. Jadi Hizbiyun ingin meminggirkan para ulama kita dan ingin menonjolkan orang-orang bodoh dari kalangan para pemimpin kelompok-kelompok sesat, sementara pembicaraan kita adalah tentang bermacam-macamnya spesialisasi di kalangan para ulama Ahlus Sunnah sendiri.

Sedangkan tentang perkataan asy-Syaikh as-Suhaimy -semoga Allah memaafkan beliau-, “Juga mengingatkan saya kepada salah seorang dari mereka sekitar 20 tahun yang lalu ketika dia mengatakan: ‘Kita tidak menginginkan ulama yang ketinggalan zaman.’ Dan dia juga mensifati guru kita asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy bahwa beliau seperti alat rekaman yang engkau bisa mendapatkan hasil rekamannya, namun engkau tidak bisa menyertakannya untuk menyelesaikan masalah.”

Saya katakan:
Yang mengatakan ucapan yang buruk terhadap asy-Syaikh asy-Syinqithy ini adalah Abdurrahman Abdul Khaliq, pemilik yayasan al-Ihya’ at-Turats di Kuwait. Dan kalau bukan karena Allah, kemudian upaya Masayikh jarh wa ta’dil, niscaya manusia tidak akan mengetahui kesesatan dan penyimpangannya setelah sebelumnya dia menyusup di tengah-tengah Ahlus Sunnah.

Sejarah itu mengulangi dirinya sendiri (kembali terulang -pent), sebagaimana kata orang -jika ungkapan ini benar-, jadi betapa berat Masayikh kita pada waktu itu menghadapi para pembela orang-orang semacam Abdurrahman Abdul Khaliq, sebagaimana hari ini para ulama kita menghadapi para pembela Ibrahim ar-Ruhaily dan yang semacamnya.

Maka duhai kiranya asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy mengarahkan kepada kitab-kitab asy-Syaikh Rabi’ bin Hady al-Madkhaly dan asy-Syaikh Muqbil bin Hady al-Wadi’iy yang telah menyingkap kejahatan orang ini dan menjelaskan kebusukan dan kesesatannya, ketika mereka menjumpai orang-orang yang mencela mereka, sebagaimana hari ini asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy mencela kita.

Duhai kiranya asy-Syaikh as-Suhaimy mengarahkan kepada kitab-kitab Masayikh kita agar menjadi bentuk memenuhi hak segelintir kelompok yang diberkahi dari kalangan Masyayikh kita yang telah menghadang para penyusup, karena para ulama itu telah berkorban dengan kehormatan mereka dan meletakkan leher-leher mereka di wajah musuh-musuh dakwah demi menjaga dakwah yang diberkahi ini.

Dan sebagian masayikh -yang mereka berada di sekitar asy-Syaikh as-Suhaimy- masih ada yang memiliki hubungan dengan yayasan al-Ihya’ at-Turats Kuwait hingga hari ini, sering berkunjung ke sana dan memperbesar jumlah mereka, dengan berpaling meninggalkan nasehat-nasehat para ulama yang menasehatkan agar tidak mengunjunginya lagi, terlebih setelah mereka menjumpai dari Abdurrahman Abdul Khaliq dan yayasannya sikap berpaling yang tidak ada tandingannya.

Dan berbagai kunjungan yang dilakukan oleh sebagian masayikh itu telah menyebabkan fitnah besar bagi para pemuda, dan yayasan ini salah satu masalah yang para Masayikh kita berselisih dengan selain mereka.

***

Catatan Kaki:

[4] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 16

Sumber artikel: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=159780

Bersambung In Syaa Allah …

© 1445 / 2024 Forum Salafy Indonesia. All Rights Reserved.
Enable Notifications OK No thanks